Kupang (ANTARA) - Bank Indonesia Perwakilan Nusa Tenggara Timur menilai pemerintah perlu memperkuat sektor produksi seperti sektor pertanian untuk mengendalikan inflasi pangan agar tidak berpengaruh pada stagflasi.
“Kita ingin agar, sektor produktif kita, kayak di NTT sektor pertanian ini didorong. Kalau yang kontribusinya besar perlu kita dorong,” kata Kepala BI wilayah perwakilan NTT I Nyoman Ariawan Atmaja di Kupang, Minggu, (14/8/2022).
Hal ini disampaikannya ketika dimintai keterangan soal pandangan BI NTT terhadap Indonesia, di saat usianya yang sebentar lagi akan memasuki usia ke 77 tahun dengan melihat potensi-potensi pengembangan ekonomi agar Indonesia tetap menjadi negara yang kuat.
Ia menjelaskan kini pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan 2 mencapai 5,44 persen. Tentunya ujar dia angka tersebut jauh di atas rata-rata negara Asean.
“Bahkan jika dibandingkan dengan dunia, Indonesia berada di rangking empat atau lima pertumbuhan ekonomi yang sangat baik,” ujar dia.
Artinya bahwa dengan tema HUT RI ke-77 “Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat” menandakan Indonesia merupakan negara yang bisa bisa pulih kembali ekonominya setelah adanya pandemi COVID-19.
Di samping itu juga pertumbuhan ekonomi NTT diperkirakan akan terus melonjak dengan adanya pemulihan sejumlah sektor-sektor pendukung perekonomian seperti Pariwisata, Pertanian dan sektor lainnya.
Namun ia mengakui bahwa kini muncul adanya ancaman ekonomi berupa Stagflasi dimana keadaan inflasi sangat tinggi dan berkepanjangan, yang bisa ditandai dengan macetnya kegiatan perekonomian.
“Oleh karena itu seperti yang saya sampaikan diawal tadi, kini Bank Indonesia bersama pemerintah tengah melakukan gerakan nasional pengendalian inflasi pangan, karena kita yang bisa kita kendalikan adalah pangan,” ujar dia.
Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golongan Karya (Golkar) Provinsi Nusa Tenggara Timur, Emanuel Melkiades Laka Lena mengajak masyarakat untuk tetap mempertahankan semangat gotong royong karena menjadi kekuatan bersama dalam mengatasi kemiskinan.
"Semangat gotong royong yang dimiliki masyarakat merupakan satu kekuatan yang pada masyarakat untuk mengatasi berbagai persoalan seperti masalah kemiskinan yang masih terjadi di desa-desa di NTT," katanya saat dihubungi dari Kupang.
Dia mengatakan semangat gotong royong tidak hanya dimiliki oleh masyarakat NTT tetapi juga seluruh Indonesia harus menjadi kekuatan bagi pemerintah dan masyarakat untuk mengatasi persoalan kemiskinan dengan cepat.
Baca juga: BI NTT target untung Rp1,6 miliar di festival exotic tenun 2022
Baca juga: BI catat ada peningkatan kinerja perekonomian NTT pada triwulan II-2022