Labuan Bajo (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur menolak bantuan ternak babi dari Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan pada Kementerian Pertanian untuk mencegah penyebaran penyakit African Swine Fever (ASF) di wilayah tersebut.
"Untuk saat ini kami menolak (bantuan) karena ASF," kata Kepala Dinas Peternakan Nagekeo Klementina Dawo ketika dihubungi dari Labuan Bajo, Selasa, (23/1/2023).
Kabupaten Nagekeo telah mendapat jatah bantuan 25 ekor ternak babi yang disalurkan melalui Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTU-HPT) Denpasar. Sesuai rencana bantuan tersebut akan disalurkan pada satu kelompok orang muda di Kelurahan Danga, Kecamatan Aesesa.
Namun, Klementina mengatakan pihaknya menolak bantuan tersebut karena ternak babi bantuan itu disebut terkonfirmasi positif di Kupang.
Hal itu merupakan pilihan yang diambil oleh pemerintah daerah untuk mencegah terjadinya penyebaran virus dan menyebabkan kematian massal pada ternak babi lokal di wilayah tersebut.
Pemerintah Kabupaten Nagekeo telah memperketat pengawasan lalu lintas ternak di daerah perbatasan untuk mencegah masuknya ASF, seperti di Nangamboa, wilayah Nangaroro, juga Wolowae, untuk mengantisipasi dari Sikka dan Flores Timur.
Dinas Peternakan setempat melakukan pengetatan lalu lintas ternak dan meminta para camat untuk memberdayakan para petugas Satuan Perlindungan Masyarakat (Linmas) untuk berjaga-jaga di masing-masing wilayah.
Selain penolakan dan pelarangan terhadap masuknya ternak babi, pemerintah daerah juga menolak masuknya produk babi baik daging segar maupun olahan seperti se'i, dendeng, roti babi, dan hasil ikutan lainnya dari wilayah tertular, serta tidak menjual dan atau membeli ternak babi yang sakit.
Klementina juga mengimbau peternak atau petugas kandang untuk meningkatkan biosecurity berupa kebersihan dan sanitasi kandang.
"Peternak dan penjaga kandang harus ketat menerapkan biosecurity," katanya menegaskan.
Baca juga: Pemkab Sikka imbau peternak babi tingkatkan biosekuriti kandang tangani ASF
Baca juga: Karantina Kupang sebut babi yang mati di Flotim bukan dari Bali
"Untuk saat ini kami menolak (bantuan) karena ASF," kata Kepala Dinas Peternakan Nagekeo Klementina Dawo ketika dihubungi dari Labuan Bajo, Selasa, (23/1/2023).
Kabupaten Nagekeo telah mendapat jatah bantuan 25 ekor ternak babi yang disalurkan melalui Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTU-HPT) Denpasar. Sesuai rencana bantuan tersebut akan disalurkan pada satu kelompok orang muda di Kelurahan Danga, Kecamatan Aesesa.
Namun, Klementina mengatakan pihaknya menolak bantuan tersebut karena ternak babi bantuan itu disebut terkonfirmasi positif di Kupang.
Hal itu merupakan pilihan yang diambil oleh pemerintah daerah untuk mencegah terjadinya penyebaran virus dan menyebabkan kematian massal pada ternak babi lokal di wilayah tersebut.
Pemerintah Kabupaten Nagekeo telah memperketat pengawasan lalu lintas ternak di daerah perbatasan untuk mencegah masuknya ASF, seperti di Nangamboa, wilayah Nangaroro, juga Wolowae, untuk mengantisipasi dari Sikka dan Flores Timur.
Dinas Peternakan setempat melakukan pengetatan lalu lintas ternak dan meminta para camat untuk memberdayakan para petugas Satuan Perlindungan Masyarakat (Linmas) untuk berjaga-jaga di masing-masing wilayah.
Selain penolakan dan pelarangan terhadap masuknya ternak babi, pemerintah daerah juga menolak masuknya produk babi baik daging segar maupun olahan seperti se'i, dendeng, roti babi, dan hasil ikutan lainnya dari wilayah tertular, serta tidak menjual dan atau membeli ternak babi yang sakit.
Klementina juga mengimbau peternak atau petugas kandang untuk meningkatkan biosecurity berupa kebersihan dan sanitasi kandang.
"Peternak dan penjaga kandang harus ketat menerapkan biosecurity," katanya menegaskan.
Baca juga: Pemkab Sikka imbau peternak babi tingkatkan biosekuriti kandang tangani ASF
Baca juga: Karantina Kupang sebut babi yang mati di Flotim bukan dari Bali