Kupang (ANTARA) - Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Nusa Tenggara Timur menyiapkan klaster peternakan ayam untuk memperkuat pasokan kebutuhan daging ayam di pasar untuk mendukung pengendalian inflasi di Kota Kupang.
"Kami sementara mempersiapkan pembentukan dan penguatan klaster pangan khususnya peternakan ayam di Kota Kupang untuk mendukung pengendalian inflasi karena daging ayam merupakan salah satu komoditas penyumbang inflasi," kata Kepala Perwakilan BI Provinsi NTT Stefanus Donny H Heatubun dalam keterangan yang diterima di Kupang, Sabtu, (4/2/2023).
BI mencatat NTT mengalami inflasi pada pada Januari 2023 sebesar 1,01 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya (Desember 2022) sebesar 0,81 secara month to month (mtm).
Tingkat inflasi tersebut, kata dia,juga lebih tinggi dibandingkan dengan nasional maupun wilayah Bali dan Nusa Tenggara yang masing-masing mengalami inflasi 0,34 persen (mtm) dan 0,64 persen (mtm).
Heatubun mengatakan Kota Kupang menjadi fokus utama pengendalian inflasi karena memiliki porsi terbesar dari tiga kota perhitungan inflasi di NTT yakni 80 persen. Sisanya 20 persen dihitung dari Kota Maumere Kabupaten Sikka dan Kota Waingapu Kabupaten Sumba Timur.
Oleh sebab itu, kata dia, pembentukan klaster peternakan ayam sebagai langkah strategis pengendalian inflasi yang dilakukan bersama-sama melalui sinergi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi NTT dan Pemerintah Kota Kupang.
Klaster yang akan dibentuk, kata dia, berupa titik-titik demplot peternakan ayam di masyarakat yang hasilnya akan dipasok di sejumlah pasar tradisional seperti Naikoten, Oebobo, Oeba.
"Upaya ini merupakan salah satu langkah penting memperbaiki sisi supply bahan pokok guna meminimalisir gejolak harga," katanya.
Heatubun menambahkan, klaster peternakan ayam ini merupakan salah satu yang paling cocok sesuai kebutuhan di Kota Kupang karena saat ini jenis usaha tersebut belum ada sehingga mengandalkan pasokan dari luar.
"Kami secara intens sudah membicarakan dengan Pemerintah Kota Kupang untuk segera mewujudkan klaster ini sebagai upaya pengendalian inflasi dari sisi hulu," katanya.
Baca juga: BI targetkan penambahan 150 ribu pengguna QRIS pada 2023
Baca juga: BI catat dunia usaha di NTT triwulan IV 2022 tumbuh positif
"Kami sementara mempersiapkan pembentukan dan penguatan klaster pangan khususnya peternakan ayam di Kota Kupang untuk mendukung pengendalian inflasi karena daging ayam merupakan salah satu komoditas penyumbang inflasi," kata Kepala Perwakilan BI Provinsi NTT Stefanus Donny H Heatubun dalam keterangan yang diterima di Kupang, Sabtu, (4/2/2023).
BI mencatat NTT mengalami inflasi pada pada Januari 2023 sebesar 1,01 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya (Desember 2022) sebesar 0,81 secara month to month (mtm).
Tingkat inflasi tersebut, kata dia,juga lebih tinggi dibandingkan dengan nasional maupun wilayah Bali dan Nusa Tenggara yang masing-masing mengalami inflasi 0,34 persen (mtm) dan 0,64 persen (mtm).
Heatubun mengatakan Kota Kupang menjadi fokus utama pengendalian inflasi karena memiliki porsi terbesar dari tiga kota perhitungan inflasi di NTT yakni 80 persen. Sisanya 20 persen dihitung dari Kota Maumere Kabupaten Sikka dan Kota Waingapu Kabupaten Sumba Timur.
Oleh sebab itu, kata dia, pembentukan klaster peternakan ayam sebagai langkah strategis pengendalian inflasi yang dilakukan bersama-sama melalui sinergi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi NTT dan Pemerintah Kota Kupang.
Klaster yang akan dibentuk, kata dia, berupa titik-titik demplot peternakan ayam di masyarakat yang hasilnya akan dipasok di sejumlah pasar tradisional seperti Naikoten, Oebobo, Oeba.
"Upaya ini merupakan salah satu langkah penting memperbaiki sisi supply bahan pokok guna meminimalisir gejolak harga," katanya.
Heatubun menambahkan, klaster peternakan ayam ini merupakan salah satu yang paling cocok sesuai kebutuhan di Kota Kupang karena saat ini jenis usaha tersebut belum ada sehingga mengandalkan pasokan dari luar.
"Kami secara intens sudah membicarakan dengan Pemerintah Kota Kupang untuk segera mewujudkan klaster ini sebagai upaya pengendalian inflasi dari sisi hulu," katanya.
Baca juga: BI targetkan penambahan 150 ribu pengguna QRIS pada 2023
Baca juga: BI catat dunia usaha di NTT triwulan IV 2022 tumbuh positif