Kupang (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur minta para petani di daerah setempat untuk memperbanyak menanam tanaman palawija sebagai antisipasi terjadinya kekurangan pangan sebagai dampak musim kemarau di NTT yang diprediksikan mulai berlangsung pada April 2023

"Pada musim kemarau yang diprediksikan berlangsung lebih awal tentu berdampak sangat luas seperti terjadinya kekurangan air, sehingga para petani perlu memperbanyak menanam tanaman palawija yang tidak membutuhkan air banyak sehingga kebutuhan pangan tetap terpenuhi," kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Timur Lecky Frederich Koli di Kupang, Kamis, (30/3/2023).

Lecky Frederich Koli mengatakan hal itu terkait antisipasi pemerintah NTT dalam menghadapi kekurangan pangan pada musim kemarau yang diprediksikan lebih awal melanda NTT.

Dia mengatakan sesuai prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika bahwa musim kemarau di NTT berlangsung lebih cepat yaitu pada April 2023 sehingga Pemerintah NTT telah melakukan langkah-langkah dalam mengantisipasi terjadi kekurangan pangan akibat gagal panen yang dialami para petani sebagai dampak dari terjadinya kemarau.

Menurut dia, pada musim tanam kedua pada April- September dimanfaatkan untuk mengisi produksi dengan menanam tanaman yang memiliki adaptasi terhadap kekeringan karena pada musim kemarau ketersediaan air untuk kebutuhan pertanian sangat terbatas.

"Kami berharap para petani di NTT untuk memperbanyak menanam tanaman palawija saat musim tanam kedua ini, karena pada musim kemarau yang berlangsung lebih awal persediaan air untuk kebutuhan pertanian tentu sangat terbatas, sehingga petani perlu menanam tanaman yang tidak membutuhkan air banyak agar kebutuhan pangan tetap terpenuhi," kata Lecky Frederich Koli.

Ia menambahkan beberapa tanaman palawija yang sangat potensi untuk dikembangkan para petani selama musim kemarau seperti tanaman jagung, shorgum, kelor, kacang-kacangan terutama kacang hijau.

"Komunitas-komunitas ini sangat tahan terhadap kekeringan. Tanaman palawija ini memiliki adaptasi yang sangat kuat terhadap kekeringan," tegas Lecky Frederich Koli.

Menurut dia, tanaman holtikultura seperti kacang-kacangan, jagung dan shorgum sangat membantu para petani di NTT karena membutuhkan air yang sedikit namun mampu menyediakan kebutuhan pangan sekaligus menambah pendapatan ekonomi bagi para petani, sehingga pada musim kemarau ini beberapa jenis tanaman itu mampu memenuhi kebutuhan pangan para petani.


Baca juga: Satgas Pamtas RI-RDTL bersama warga perbatasan panen jagung

Baca juga: NTT kembangkan 40.000 hektare tanaman jagung

Pewarta : Benediktus Sridin Sulu Jahang
Editor : Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2024