Kupang (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan peringatan dini bencana kekeringan di tujuh kecamatan yang tersebar di Kota Kupang dan Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).
"Sejumlah wilayah kecamatan di Kota Kupang dan Kabupaten Kupang berstatus waspada kekeringan dengan kondisi hari tanpa hujan (HTH) lebih dari 21 hari," kata Kepala Stasiun Klimatologi NTT BMKG Rahmattulloh Adji di Kupang, Selasa, (4/7/2023).
Ia menyebutkan sejumlah wilayah itu, di antaranya Kecamatan Maulafa di Kota Kupang, Kecamatan Fatuleu Barat, Kupang Barat, Kupang Tengah, Semau, Semau Selatan dan Sulamu di Kabupaten Kupang.
Adji menjelaskan saat ini 100 persen dari total zona musim (zom) di NTT telah berada dalam periode musim kemarau 2023 berdasarkan analisis yang diperbaharui per 30 Juni.
Oleh sebab itu, kata dia, diperlukan kewaspadaan terkait dengan ancaman bencana kekeringan yang menimbulkan berbagai dampak, seperti pengurangan ketersediaan air tanah sehingga menyebabkan kelangkaan air bersih.
Baca juga: BMKG: Waspadai HTH ekstrem panjang di sebagian NTT
Selain itu, berdampak pada sektor pertanian dengan sistem tadah hujan sehingga perlu disiasati petani saat memilih tanaman yang cocok untuk ditanam.
Baca juga: BMKG prediksi peluang El Nino terjadi pada Juni
Bencana kekeringan, kata dia, juga meningkatkan potensi kemudahan terjadinya kebakaran hutan dan lahan sehingga perlu diantisipasi pemerintah daerah beserta warga.
"Hindari aktivitas yang memunculkan titik api seperti membuka lahan dengan cara membakar, membuang puntung rokok sembarangan di area terbuka, dan sebagainya," katanya.
"Sejumlah wilayah kecamatan di Kota Kupang dan Kabupaten Kupang berstatus waspada kekeringan dengan kondisi hari tanpa hujan (HTH) lebih dari 21 hari," kata Kepala Stasiun Klimatologi NTT BMKG Rahmattulloh Adji di Kupang, Selasa, (4/7/2023).
Ia menyebutkan sejumlah wilayah itu, di antaranya Kecamatan Maulafa di Kota Kupang, Kecamatan Fatuleu Barat, Kupang Barat, Kupang Tengah, Semau, Semau Selatan dan Sulamu di Kabupaten Kupang.
Adji menjelaskan saat ini 100 persen dari total zona musim (zom) di NTT telah berada dalam periode musim kemarau 2023 berdasarkan analisis yang diperbaharui per 30 Juni.
Oleh sebab itu, kata dia, diperlukan kewaspadaan terkait dengan ancaman bencana kekeringan yang menimbulkan berbagai dampak, seperti pengurangan ketersediaan air tanah sehingga menyebabkan kelangkaan air bersih.
Baca juga: BMKG: Waspadai HTH ekstrem panjang di sebagian NTT
Selain itu, berdampak pada sektor pertanian dengan sistem tadah hujan sehingga perlu disiasati petani saat memilih tanaman yang cocok untuk ditanam.
Baca juga: BMKG prediksi peluang El Nino terjadi pada Juni
Bencana kekeringan, kata dia, juga meningkatkan potensi kemudahan terjadinya kebakaran hutan dan lahan sehingga perlu diantisipasi pemerintah daerah beserta warga.
"Hindari aktivitas yang memunculkan titik api seperti membuka lahan dengan cara membakar, membuang puntung rokok sembarangan di area terbuka, dan sebagainya," katanya.