Jakarta (ANTARA) - Analis Pasar Mata Uang Lukman Leong menyatakan pelemahan rupiah maupun mata uang Asia terhadap dolar AS dipengaruhi data harga konsumen dan produsen China lebih rendah dari perkiraan.

"Ini menyiratkan pelemahan pada ekonomi China," ucap dia menjawab ANTARA di Jakarta, Senin, (10/7/2023).

Data inflasi konsumen China tercatat 0 persen pada Juni 2023 dengan 0,2 persen ekspektasi dibandingkan 0,2 persen pada tahun 2022 (year on year/yoy)

Untuk data inflasi produsen China, tercatat -5.4 persen pada Juni 2023 dengan -5 persen ekspektasi dibandingkan -4,6 persen yoy.

"(Terkait sentimen) dari domestik, survei menunjukkan sentimen konsumen Indonesia menurun juga menekan rupiah," kata Lukman.
 

Pada Juni 2023, indeks kepercayaan konsumen Indonesia Juni sebesar 127,1 dengan 128 ekspektasi dibandingkan 128,3 pada Mei 2023.

"Penurunan tidak terlalu besar, namun ini juga terkait dengan ekspektasi suku bunga bank sentral global yang meningkat sehingga harapan untuk BI (Bank Indonesia) menurunkan suku bunga pun menjadi mengecil," ujarnya.

Menurut pengamat pasar uang Ariston Tjendra, pergerakan rupiah di pasar keuangan pada Senin masih dibayangi oleh sentimen The Fed.

Berdasarkan survei CME FedWatch tool, probabilitas kenaikan suku bunga acuan AS di bulan Juli 2023 sangat tinggi sekitar 92 persen, lebih tinggi dari pekan sebelumnya yang di kisaran 86 persen.

"Kelihatannya pasar sudah sangat yakin terhadap kenaikan suku bunga acuan di bulan ini," ungkap dia di Jakarta, Senin.

Menurut dia, probabilitas kenaikan suku bunga acuan sangat tinggi dipengaruhi dua faktor.

Pertama dari pernyataan Gubernur The Fed yang mengatakan kenaikan suku bunga acuan masih mungkin 2 kali tahun ini karena tingkat inflasi masih tinggi belum turun ke target 2 persen.

Kedua ialah berasal dari sebagian data ekonomi AS yang dirilis masih mendukung kenaikan suku bunga acuan AS, dalam artian masih berpotensi mendorong kenaikan inflasi di AS sehingga ini masih memerlukan kebijakan suku bunga tinggi

"Data ekonomi AS yang dirilis belakangan ini hasilnya beragam, ada yang mendukung peluang kenaikan suku bunga acuan selanjutnya dan ada yang menurunkan kemungkinan tersebut," ucap Aris.

Pada perdagangan Senin sore rupiah mengalami pelemahan sebesar 0,41 persen atau 62 poin menjadi Rp15.204 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.142 per dolar AS.

Sepanjang Senin rupiah bergerak dari Rp15.140 per dolar AS hingga Rp15.230 per dolar AS.


Baca juga: IHSG berpeluang menguat terbatas

Baca juga: Penguatan rupiah hanya bersifat sementara, kata Analisi

 



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Rupiah melemah karena data ekonomi China lebih rendah dari perkiraan

Pewarta : M Baqir Idrus Alatas
Editor : Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2024