Waikabubak (ANTARA News NTT) - Sebanyak 200 ekor kuda turut maramaikan acara festival Pasola yang digelar di Kecamatan Wanokaka, Kabupaten Sumba Barat, NTT, Selasa (26/2) siang.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sumba Barat, Charles Herman Weru kepada Antara, Selasa (26/2) mengatakan bahwa para peserta yang terlibat dalam acara tersebut adalah mereka yang sudah terbiasa dengan acara Pasola tersebut.
"Mereka (para peserta pasola) sudah terbiasa dalam acara Pasola sehingga akan menjadi hal biasa buat mereka," katanya.
Ia menjelaskan bahwa bagi mereka yang memiliki kuda, sudah menjadi kewajiban untuk ikut dalam tradisi yang dilakukan setelah pemanggilan Nyale (caing laut) oleh para Rato.
"Kegiatan pasola inikan merupakan acara satu tahun sekali di Wanokaka. Karena itu, bagi mereka pemilik kuda, bertarung di arena pasola adalah sebuah kewajiban," ujarnya.
Wanokaka adalah salah satu desa terpencil dan terpesolok yang berjarak sekitar 70-an kilometer dari Kota Waikabubak, ibu kota Kabupaten Sumba Barat.
Menurut dia, berkat Pasola, desa terpencil itu kini dikenal banyak orang bahkan sampai ke seluruh penjuru dunia lewat para wisatawan mancanegara yang sempat menyaksikan acara Pasola di Wanokaka.
Baca juga: Dispar NTT dorong unsur sakral dalam ritus Pasola
Pelaksaan Pasola sendiri, kata dia, sangat berkaitan dengan hasil panenan yang akan didapat oleh warga di Kecamatan Wanokaka.
Hal tersebut juga diakui oleh Rato atau imam besar dari Kepercayaan Merapu yakni Rato Waigali Mawu Hapu.
Menurut dia jika dalam kegiatan pasola ada yang menjadi korban seperti mengalami kecelakaan saat ditombak maka akan memberikan hasil yang baik bagi hasil pertanian di daerah itu.
"Itu adalah kepercayaan kami. Namun keperayaan itu perlahan-lahan mulai memudar karena perkembangan zaman. Biasanya akan ada tumbal jika ada Pasola, tetapi itu sudah terjadi pada puluhan tahun yang lampau," ujarnya.
Namun, kata dia, peserta Pasola adalah masyarakat yang memang punya keinginan sendiri untuk turun bertarung di arena pasola, karena masyarakat Wanokaka tak mau kehilangan budayanya.
Baca juga: Wisatawan asing kagum terhadap tradisi pemanggilan Nyale
Baca juga: Para Rato berkumpul memanggil Nyale di Wanokaka
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sumba Barat, Charles Herman Weru kepada Antara, Selasa (26/2) mengatakan bahwa para peserta yang terlibat dalam acara tersebut adalah mereka yang sudah terbiasa dengan acara Pasola tersebut.
"Mereka (para peserta pasola) sudah terbiasa dalam acara Pasola sehingga akan menjadi hal biasa buat mereka," katanya.
Ia menjelaskan bahwa bagi mereka yang memiliki kuda, sudah menjadi kewajiban untuk ikut dalam tradisi yang dilakukan setelah pemanggilan Nyale (caing laut) oleh para Rato.
"Kegiatan pasola inikan merupakan acara satu tahun sekali di Wanokaka. Karena itu, bagi mereka pemilik kuda, bertarung di arena pasola adalah sebuah kewajiban," ujarnya.
Wanokaka adalah salah satu desa terpencil dan terpesolok yang berjarak sekitar 70-an kilometer dari Kota Waikabubak, ibu kota Kabupaten Sumba Barat.
Menurut dia, berkat Pasola, desa terpencil itu kini dikenal banyak orang bahkan sampai ke seluruh penjuru dunia lewat para wisatawan mancanegara yang sempat menyaksikan acara Pasola di Wanokaka.
Baca juga: Dispar NTT dorong unsur sakral dalam ritus Pasola
Pelaksaan Pasola sendiri, kata dia, sangat berkaitan dengan hasil panenan yang akan didapat oleh warga di Kecamatan Wanokaka.
Hal tersebut juga diakui oleh Rato atau imam besar dari Kepercayaan Merapu yakni Rato Waigali Mawu Hapu.
Menurut dia jika dalam kegiatan pasola ada yang menjadi korban seperti mengalami kecelakaan saat ditombak maka akan memberikan hasil yang baik bagi hasil pertanian di daerah itu.
"Itu adalah kepercayaan kami. Namun keperayaan itu perlahan-lahan mulai memudar karena perkembangan zaman. Biasanya akan ada tumbal jika ada Pasola, tetapi itu sudah terjadi pada puluhan tahun yang lampau," ujarnya.
Namun, kata dia, peserta Pasola adalah masyarakat yang memang punya keinginan sendiri untuk turun bertarung di arena pasola, karena masyarakat Wanokaka tak mau kehilangan budayanya.
Baca juga: Wisatawan asing kagum terhadap tradisi pemanggilan Nyale
Baca juga: Para Rato berkumpul memanggil Nyale di Wanokaka