Labuan Bajo (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau para petani di Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), Nusa Tenggara Timur (NTT) agar memanfaatkan masa pancaroba dengan menanam tanaman tertentu yang tidak banyak membutuhkan air.
"Masyarakat Manggarai Barat khususnya petani diimbau agar dapat menyesuaikan pola tanam dengan memilih varietas tahan kering dan mengoptimalkan penggunaan air, termasuk melalui embung dan sumur resapan," kata Kepala Stasiun Meteorologi Komodo Maria Seran dihubungi di Labuan Bajo, Senin.
Ia menambahkan saat ini wilayah Kabupaten Manggarai Barat sedang memasuki masa peralihan musim (pancaroba). Cuaca bisa cepat berubah, dan masih ada potensi hujan yang biasanya disertai petir dan angin kencang berdurasi singkat.
Terpantau masih terjadi hujan di beberapa wilayah di Manggarai Barat, terutama di wilayah bagian utara dan timur serta masih terdapat indikasi daerah tekanan rendah di selatan NTT dan gelombang ekuatorial Rosby dalam beberapa hari ke depan yang dinilai akan sedikit mempengaruhi cuaca di Manggarai Barat, namun tidak terlalu signifikan.
"Berdasarkan siaran pers dari Stasiun Klimatologi NTT, awal musim kemarau umumnya berkaitan erat dengan peralihan angin Monsun Asia (Angin
Baratan) menjadi angin Monsun Australia (Angin Timuran)," ungkapnya.
Untuk wilayah Manggarai Barat, lanjut dia, diprediksi awal musim kemarau di bulan April Dasarian 2 atau bulan April pertengahan sekitar tanggal belasan, yang meliputi Kepulauan Padar, Komodo, Manggarai Barat bagian barat dan selatan, dan Manggarai Barat bagian tenggara.
Selanjutnya, di Dasarian 3 April atau di tanggal 20an di Manggarai Barat bagian Utara, dan Manggarai Barat bagian Timur.
"Puncak musim kemarau Manggarai Barat nanti di bulan Agustus," katanya.
Ia juga menjelaskan dalam musim kemarau yang identik dengan kekeringan ini warga Manggarai Barat juga perlu meningkatkan kesiapsiagaan terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan, khususnya di wilayah perbukitan dan savana yang rawan terbakar.
Pemerintah dan masyarakat juga perlu mewaspadai penurunan kualitas udara serta suhu panas-lembap yang berpotensi mengganggu kenyamanan, terutama di wilayah wisata seperti Labuan Bajo.
"Upaya penghematan energi dan pengelolaan air bersih perlu juga ditingkatkan melalui distribusi air alternatif dan edukasi pemanfaatan sumber daya air secara efisien untuk menjaga keberlanjutan layanan dasar selama musim kemarau 2025 ini," katanya.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan bahwa wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) sejak awal April 2025 telah memasuki masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau.
“Saat ini sebagian besar wilayah NTT berada pada masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau (pancaroba),” kata Prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II El Tari Kupang Frengki Arianto Faot.
Hal tersebut ia sampaikan berkaitan dengan peringatan dini cuaca wilayah NTT yang dikeluarkan oleh BMKG terkait periode pancaroba.
Walaupun wilayah NTT dan sekitarnya telah memasuki awal musim kemarau, pihaknya tetap mengimbau masyarakat untuk waspada.
Hal ini dikarenakan masih adanya potensi hujan sedang serta angin kencang di beberapa wilayah NTT yang dapat menyebabkan potensi bencana hidrometeorologi.