Kupang (ANTARA) - Akademisi dari Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang Mikhael Raja Muda Bataona, MA mengatakan polisi patut memanggil Amien Rais untuk dimintai klarifikasi terkait rencana pembunuhan terhadap empat pejabat negara.
"Menurut saya, tepat jika polisi memanggil Amien Rais untuk meminta klarifikasi, sebab sejak awal, Amien Rais selalu menyerang KPU, Polri dan lembaga-lembaga penyelenggara pemilu dengan narasi-narasi yang menjurus pada ancaman," kata Mikhael Raja Muda Bataona kepada Antara di Kupang, Rabu (29/5).
Dia mengemukakan pandangan itu, berkaitan dengan perlu tidaknya polri memanggil Amien Rais sebagai pencetus Poeple Power, dan terungkapnya rencana pembunuhan terhadap empat pejabat negara pascakericuhan 21- 22 Mei 2019.
Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian membeberkan nama empat tokoh nasional yang mendapat ancaman akan dibunuh oleh perusuh aksi massa di Jakarta pada 21-22 Mei 2019.
"Mereka (pelaku) menyampaikan nama, satu Pak Wiranto, kedua Pak Luhut Menko Maritim, ketiga Pak Ka-BIN (Kepala Badan Intelijen Negara), keempat Pak Gories Mere," kata Tito di kantor Kemenpolhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Selasa (28/5).
Tito mengatakan, informasi itu didapat langsung dari empat pelaku yang sudah ditangkap. Keempat pelaku itu yakni HK, AZ, IR dan TJ.
Bataona mengatakan, sejak awal Amien Rais selalu menyerang KPU, Polri dan lembaga-lembaga penyelenggara pemilu dengan narasi-narasi yang menjurus pada ancaman lewat People Power.
Baca juga: People power yang enteng-entengan bukan untuk ganti rezim, kata Amien Rais
"Sejak awal, Amien Rais selalu menyerang KPU, Polri dan lembaga-lembaga penyelenggara pemilu dengan narasi-nerasi yang menjurus pada ancaman. Bahwa jika pemilu tidak sesuai target mereka yaitu kemenangan Paslon 02 maka pemilu pasti curang, dan itu semua lembaga akan berhadapan dengan rakyat yaitu people power," katanya.
Menurut Bataona, inilah titik krusial dari pernyataan tersebut, sebab unjuk rasa berdarah dan pembakaran di mana-mana sudah terjadi di Jakarta, dan berdampak tidak hanya korban nyawa tapi juga perekonomian bangsa ikut terganggu.
"Bahkan nilai tukar rupiah pun sempat drop gara-gara buruknya sentimen pasar terhadap rupiah," kata pengajar ilmu komunikasi pada FISIP Unwira Kupang itu dan menambahkan bahwa semua yang terjadi itu (ricuh, red) menjelaskan bahwa seruan people power adalah sumber awal terjadinya perpecahan di ibu kota negara Jakarta.
Kondisi ini terjadi karena massa yang tidak lagi percaya kepada KPU dan Bawaslu sehingga mereka coba memaksakan kehendak, dengan cara-cara populisme atau kekuatan massa. "Ini jelas berbahaya," demikian Mikhael Raja Muda Bataona.
Baca juga: Polda Metro agendakan periksa Amien Rais terkait dugaan makar
Baca juga: Kata Amien Rais gugatan ke MK karena terpaksa
"Menurut saya, tepat jika polisi memanggil Amien Rais untuk meminta klarifikasi, sebab sejak awal, Amien Rais selalu menyerang KPU, Polri dan lembaga-lembaga penyelenggara pemilu dengan narasi-narasi yang menjurus pada ancaman," kata Mikhael Raja Muda Bataona kepada Antara di Kupang, Rabu (29/5).
Dia mengemukakan pandangan itu, berkaitan dengan perlu tidaknya polri memanggil Amien Rais sebagai pencetus Poeple Power, dan terungkapnya rencana pembunuhan terhadap empat pejabat negara pascakericuhan 21- 22 Mei 2019.
Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian membeberkan nama empat tokoh nasional yang mendapat ancaman akan dibunuh oleh perusuh aksi massa di Jakarta pada 21-22 Mei 2019.
"Mereka (pelaku) menyampaikan nama, satu Pak Wiranto, kedua Pak Luhut Menko Maritim, ketiga Pak Ka-BIN (Kepala Badan Intelijen Negara), keempat Pak Gories Mere," kata Tito di kantor Kemenpolhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Selasa (28/5).
Tito mengatakan, informasi itu didapat langsung dari empat pelaku yang sudah ditangkap. Keempat pelaku itu yakni HK, AZ, IR dan TJ.
Bataona mengatakan, sejak awal Amien Rais selalu menyerang KPU, Polri dan lembaga-lembaga penyelenggara pemilu dengan narasi-narasi yang menjurus pada ancaman lewat People Power.
Baca juga: People power yang enteng-entengan bukan untuk ganti rezim, kata Amien Rais
"Sejak awal, Amien Rais selalu menyerang KPU, Polri dan lembaga-lembaga penyelenggara pemilu dengan narasi-nerasi yang menjurus pada ancaman. Bahwa jika pemilu tidak sesuai target mereka yaitu kemenangan Paslon 02 maka pemilu pasti curang, dan itu semua lembaga akan berhadapan dengan rakyat yaitu people power," katanya.
Menurut Bataona, inilah titik krusial dari pernyataan tersebut, sebab unjuk rasa berdarah dan pembakaran di mana-mana sudah terjadi di Jakarta, dan berdampak tidak hanya korban nyawa tapi juga perekonomian bangsa ikut terganggu.
"Bahkan nilai tukar rupiah pun sempat drop gara-gara buruknya sentimen pasar terhadap rupiah," kata pengajar ilmu komunikasi pada FISIP Unwira Kupang itu dan menambahkan bahwa semua yang terjadi itu (ricuh, red) menjelaskan bahwa seruan people power adalah sumber awal terjadinya perpecahan di ibu kota negara Jakarta.
Kondisi ini terjadi karena massa yang tidak lagi percaya kepada KPU dan Bawaslu sehingga mereka coba memaksakan kehendak, dengan cara-cara populisme atau kekuatan massa. "Ini jelas berbahaya," demikian Mikhael Raja Muda Bataona.
Baca juga: Polda Metro agendakan periksa Amien Rais terkait dugaan makar
Baca juga: Kata Amien Rais gugatan ke MK karena terpaksa