Kupang (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Utara menemukan kasus kekerdilan di 80 desa di salah satu wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang berbatasan dengan wilayah kantung (enclave) negara Timor Leste, Oecusse.

"Kasus stunting (kekerdilan) sudah menyebar di semua desa di Kabupaten TTU. Hampir setiap desa memiliki anak-anak yang menderita stunting sehingga menjadi masalah yang sangat serius bagi daerah ini," kata Wakil Bupati Timor Tengah Utara Aloysius Kobes di Kupang, Rabu (26/6).

Ia mengatakan hal itu terkait dengan penetapan Kabupaten Timor Tengah Utara sebagai daerah dengan angka tertinggi penderita kekerdilan di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Ia mengatakan setiap desa di Kabupaten Timor Tengah Utara terdapat belasan hingga puluhan anak penderita kekerdilan dengan kondisi tubuh mereka yang pendek.

Ia mengatakan tingginya angka penderita kekerdilan di daerah itu sebagai dampak dari asupan gizi yang kurang memadai saat anak masih dalam kandungan ibu.

Baca juga: Wagub optimistis kelor bebaskan NTT dari stunting

"Penyebab tingginya penderita stunting di TTU karena faktor gizi yang sangat kurang. Banyak ibu-ibu saat hamil kurang memberikan asupan gizi yang baik sehingga melahirkn anak dengan postur tubuh yang kerdil," kata Aloysius Kobes.

Ia menjelaskan pemerintah daerah telah melakukan berbagai intervensi program pemberdayaan ekonomi masyarakat sebagai upaya memperbaiki gizi masyarakat di wilayah pedesaan yang menjadi kantong kekerdilan terbanyak.

Aloysius Kobes mengatakan pemerintah daerah terus melakukan edukasi, berupa sosialisasi kepada masyarakat, tentang pentingnya pemberian gizi yang memadai kepada anak dalam rangka mengatasi masalah kekerdilan di daerah itu.

Baca juga: Stunting menyerang 2.000 anak di Kota Kupang
Baca juga: Lipsus - Gizi buruk dan Stunting yang terus melanda

Pewarta : Benediktus Jahang
Editor : Laurensius Molan
Copyright © ANTARA 2024