Kupang (ANTARA) - Ketua Asosiasi Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Provinsi Nusa Tenggara Timur, Abed Frans, menyoroti rencana penutupan Pulau Komodo di Taman Nasional Komodo, Kabupaten Manggarai Barat yang masih menuai polemik di berbagai kalangan.
“Polemik seputar penutupan Pulau Komodo ini berdampak buruk bagi pariwisata kita termasuk imbasnya ke penjualan paket wisata,” katanya kepada ANTARA di Kupang, Senin (12/8).
Ia mengatakan hal itu terkait rencana penutupan sementara Pulau Komodo di Taman Nasional Komodo yang masih menimbulkan polemik di berbagai kalangan serta dampaknya terhadap pariwisata di daerah itu.
Abed Frans mengatakan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur menginginkan agar Pulau Komodo ditutup sementara pada 2020 untuk tujuan konservasi. Di sisi lain, pengelolaan TNK merupakan wewenang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Selain itu, wacana relokasi warga di Pulau Komodo terkait penutupan sementara Pulau Komodo juga masih menimbulkan pro dan kontra berbagai kalangan.
Baca juga: Kata Gubernur Laiskodat, warga Komodo tidak memiliki hak kepemilikan lahan
Abed mengakui saling tarik menarik kepentingan antarpihak masih terjadi seputar rencana penutupan Pulau Komodo ini sehingga menimbulkan ketidakpastian dalam usaha wisata. “Banyak teman-teman pelaku usaha wisata juga tanya ke kami mengenai hal ini tapi saya sendiri juga bingung,” katanya.
Pemilik operator tur PT Flobamor Tours itu mengatakan imbas dari polemik ini menimbulkan ketidakpastian dalam penjualan paket-paket wisata yang memiliki destinasi Pulau Komodo di dalamnya. Di sisi lain, para pelaku wisata harus menjual paket wisata termasuk ke mancanegara paling lama satu tahun sebelumnya.
Karena itu, kata Abed, para operator tur hanya bisa mengantisipasi penjualan paket wisata untuk 2020 dengan membuat paket tanpa Pulau Komodo saat promosi ke luar. “Karena itu kami berharap polemik ini diakhiri, harus ada kepastian karena patner pelaku wisata di luar juga mengharapkan hal yang sama,” demikian Abed Frans.
Baca juga: Artikel - Daya tarik Komodo dan fenomena penutupan Pulau Komodo
Baca juga: Artikel - Nasib suku Komodo di Pulau Komodo
“Polemik seputar penutupan Pulau Komodo ini berdampak buruk bagi pariwisata kita termasuk imbasnya ke penjualan paket wisata,” katanya kepada ANTARA di Kupang, Senin (12/8).
Ia mengatakan hal itu terkait rencana penutupan sementara Pulau Komodo di Taman Nasional Komodo yang masih menimbulkan polemik di berbagai kalangan serta dampaknya terhadap pariwisata di daerah itu.
Abed Frans mengatakan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur menginginkan agar Pulau Komodo ditutup sementara pada 2020 untuk tujuan konservasi. Di sisi lain, pengelolaan TNK merupakan wewenang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Selain itu, wacana relokasi warga di Pulau Komodo terkait penutupan sementara Pulau Komodo juga masih menimbulkan pro dan kontra berbagai kalangan.
Baca juga: Kata Gubernur Laiskodat, warga Komodo tidak memiliki hak kepemilikan lahan
Abed mengakui saling tarik menarik kepentingan antarpihak masih terjadi seputar rencana penutupan Pulau Komodo ini sehingga menimbulkan ketidakpastian dalam usaha wisata. “Banyak teman-teman pelaku usaha wisata juga tanya ke kami mengenai hal ini tapi saya sendiri juga bingung,” katanya.
Pemilik operator tur PT Flobamor Tours itu mengatakan imbas dari polemik ini menimbulkan ketidakpastian dalam penjualan paket-paket wisata yang memiliki destinasi Pulau Komodo di dalamnya. Di sisi lain, para pelaku wisata harus menjual paket wisata termasuk ke mancanegara paling lama satu tahun sebelumnya.
Karena itu, kata Abed, para operator tur hanya bisa mengantisipasi penjualan paket wisata untuk 2020 dengan membuat paket tanpa Pulau Komodo saat promosi ke luar. “Karena itu kami berharap polemik ini diakhiri, harus ada kepastian karena patner pelaku wisata di luar juga mengharapkan hal yang sama,” demikian Abed Frans.
Baca juga: Artikel - Daya tarik Komodo dan fenomena penutupan Pulau Komodo
Baca juga: Artikel - Nasib suku Komodo di Pulau Komodo