Kupang (ANTARA) - Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, mengungkapkan puluhan unit alat tangkap mini purse seine yang hanyut dan tenggelam akibat badai siklon tropis Seroja hingga kini belum bisa dievakuasi.

"Alat tangkap mini purse seine atau yang biasa dikenal dengan lampara ini berkumpul jadi satu sehingga sampai sekarang masih sulit dievakuasi secara manual oleh nelayan," kata Kepala Seksi Komunikasi dan Informasi HNSI Kota Kupang Abdul Wahab Sidin di Kupang, Selasa, (11/5).

Ia mengatakan hal itu berkaitan dengan kondisi dampak kerusakan peralatan tangkap yang dialami pada nelayan di Kota Kupang akibat badai siklon tropis Seroja.

Wahab Sidin mengatakan badai Seroja yang terjadi pada 4-5 April lalu juga mengakibatkan puluhan unit alat tangkap ikan jenis mini purse seine milik para nelayan di Kota Kupang hanyut dan tenggelam di sekitar Pelabuhan Perikanan Tenau.

Keberadaan alat tangkap tersebut, lanjut dia hingga kini belum bisa dievakuasi karena puluhan unit berkumpul pada satu titik bersama dengan dengan bangkai kapal yang tenggelam.

Baca juga: HNSI minta keringanan bagi nelayan kehilangan dokumen akibat Seroja

"Jadi tidak bisa dievakuasi secara manual oleh nelayan sendiri karena sangat berat apalagi juga menyatu dengan bangkai-bangkai kapal di dasar laut," katanya.

Atas kondisi ini maka pihaknya berharap pemerintah kota atau provinsi setempat membantu mengevakuasi dengan mengerahkan kendaraan alat berat.

Baca juga: Dua kapal nelayan Kupang hilang saat badai Seroja belum ditemukan

Menurut Wahab Sidin keberadaan alat tangkap tersebut juga mengganggu aktivitas lalu lintas kapal nelayan yang lain karena berada di sekitar tempat berlabuh.

"Oleh karena itu kita berharap segera dievakuasi, di sisi lain juga agar masing-masing nelayan pemilik alat tangkap itu bisa mengetahui apakah masih bisa digunakan atau tidak," katanya.

Pewarta : Aloysius Lewokeda
Editor : Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2024