Kupang (AntaraNews NTT) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur menawarkan peluang investasi di bidang kelautan seperti hasil garam dan rumput laut kepada Australia dan Timor Leste dalam pertemuan trilateral antara ketiga negara itu di Labuan Bajo, Flores.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTT Ganef Wurgiyanto saat dihubungi dari Kupang, Kamis (12/4) mengatakan dalam pertemuan trilateral tersebut, salah satu agenda yang ditawarkan Indonesia adalah investasi di sektor industri garam dan rumput laut.
Pemprov NTT yang tergabung dalam delegasi Indonesia telah mengadakan pertemuan untuk menyatukan persepsi terkait hal-hal yang dibicarakan bersama dalam pertemuan tiga negara itu.
Di bidang kelautan dan perikanan, kata Ganef, produksi garam dan rumput laut dari NTT merupakan bagian ditawarkan untuk investasi kepada pihak delegasi Timor Leste dan Australia.
"Harapan kami semoga ada tindak lanjut dari pertemuan ini berupa masuknya investasi untuk potensi hasil kelautan ini," kata Mantan Kepala Bidang Perikanan Tangkap DKP NTT itu.
Baca juga: Garam Dunia investasi Rp1,8 triliun di NTT
Sektor industri garam di Desa Bipolo, Kabupaten Kupang
Genef menjelaskan, NTT memiliki potensi produksi garam yang cukup besar mencapai 60.000 hektare lebih yang menyebar di berbagai daerah.
Potensi yang ada, katanya, sedang didorong pemerintah pusat dan daerah untuk pengembangan terutama garam industri dalam rangka swasembada garam nasional.
"Untuk itulah dibutuhkan investasi-investasi seperti saat ini yang sudah dikerjakan di Bipolo Kabupaten Kupang, dan di Kabupaten Nagekeo Pulau Flores," katanya.
Selain itu, daerah potensial budidaya rumput laut di provinsi berbasiskan kepulauan itu mencapai sebesar 51.870 hektare,
Potensi yang ada tersebar di berbagai daerah antara lain Kabupaten Kupang, Sabu Raijua, Rote Ndao, Alor, Lembata, Flores Timur, Sikka, Sumba Timur dan Kabupaten Manggarai Barat dengan jenis rumput laut unggulan yang dibudidayakan yakni Euchema Cottoni dan Gracilaria.
Ia berharap, potensi kelautan dan perikanan yang dipersentasikan dalam pertemuan trilateral itu bisa menarik minat investasi dari Timor Leste dan Australia yang merupakan negara yang berbatasan langsung dengan Indonesia di NTT.
Ganef menambahkan, selain itu ada sejumlah kerjasama yang juga dibicarakan untuk ditindaklanjuti dari pertemuan trilateral itu antara lain bidang pendidikan, kesehatan, perhubungan, dan pariwisata dan sebagainya.
Budidaya Rumput Laut di perairan NTT
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTT Ganef Wurgiyanto saat dihubungi dari Kupang, Kamis (12/4) mengatakan dalam pertemuan trilateral tersebut, salah satu agenda yang ditawarkan Indonesia adalah investasi di sektor industri garam dan rumput laut.
Pemprov NTT yang tergabung dalam delegasi Indonesia telah mengadakan pertemuan untuk menyatukan persepsi terkait hal-hal yang dibicarakan bersama dalam pertemuan tiga negara itu.
Di bidang kelautan dan perikanan, kata Ganef, produksi garam dan rumput laut dari NTT merupakan bagian ditawarkan untuk investasi kepada pihak delegasi Timor Leste dan Australia.
"Harapan kami semoga ada tindak lanjut dari pertemuan ini berupa masuknya investasi untuk potensi hasil kelautan ini," kata Mantan Kepala Bidang Perikanan Tangkap DKP NTT itu.
Baca juga: Garam Dunia investasi Rp1,8 triliun di NTT
Potensi yang ada, katanya, sedang didorong pemerintah pusat dan daerah untuk pengembangan terutama garam industri dalam rangka swasembada garam nasional.
"Untuk itulah dibutuhkan investasi-investasi seperti saat ini yang sudah dikerjakan di Bipolo Kabupaten Kupang, dan di Kabupaten Nagekeo Pulau Flores," katanya.
Selain itu, daerah potensial budidaya rumput laut di provinsi berbasiskan kepulauan itu mencapai sebesar 51.870 hektare,
Potensi yang ada tersebar di berbagai daerah antara lain Kabupaten Kupang, Sabu Raijua, Rote Ndao, Alor, Lembata, Flores Timur, Sikka, Sumba Timur dan Kabupaten Manggarai Barat dengan jenis rumput laut unggulan yang dibudidayakan yakni Euchema Cottoni dan Gracilaria.
Ia berharap, potensi kelautan dan perikanan yang dipersentasikan dalam pertemuan trilateral itu bisa menarik minat investasi dari Timor Leste dan Australia yang merupakan negara yang berbatasan langsung dengan Indonesia di NTT.
Ganef menambahkan, selain itu ada sejumlah kerjasama yang juga dibicarakan untuk ditindaklanjuti dari pertemuan trilateral itu antara lain bidang pendidikan, kesehatan, perhubungan, dan pariwisata dan sebagainya.