Kupang (AntaraNews NTT) - Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) Nusa Tenggara Timur Abed Frans mendukung penataan ulang pola kunjungan wisatawan ke kawasan wisata Komodo yang terancam mulai melebihi kapasitas (overcapacity).
"Sebagai pelaku wisata kami sangat mendukung agar pola kunjungan wisatawan ke Taman Nasional Komodo ditata kembali agar lebih terorganisir, " kata Abed Frans ketika dihubungi Antara di Kupang, Rabu (25/4).
Ia mengatakan terkait rencana otoritas Balai TN Komodo yang menata kembali arus wisatawan dengan membatasi jumlah kunjungan untuk menghindari dampak kelebihan kapasitas (overcapacity) terhadap kawasan wisata Komodo .
Balai TN Komodo mencatat kunjungan yang semakin membeludak dan dikhawatirkan akan berdampak pada lingkungan atau habitat satwa purba Komodo (varanus komodoensis) itu.
Dalam tahun 2017, jumlah wisatawan ke TN Komodo tercatat mencapai sekitar 122.000 orang atau naik sekitar 11 persen dari tahun 2016 sebanyak 82.000 orang.
"Dalam kondisi musim ramai kunjungan atau high sesion, arus wisatawan per bulan bisa mencapai lebih dari 10.000 orang," kata Kepala Balai TN Komodo Budi Kurniawan secara terpisah.
Baca juga: UNESCO soroti sampah di Taman Nasional Komodo
Binatang purba raksasa Komodo (Varanus Komodoensis)
Menurut Abed Frans, kunjungan wisatawan ke kawasan Komodo harus ditata kembali agar lebih terorganisir untuk melindungi satwa Komodo (Varanus komodoensis) dari dampak aktivitas wisatawan ssmakin membeludak.
Otoritas terkait, lanjutnya, memang mengejar peningkatan angka kunjungan namun bukan berarti tidak bisa mengatur pola kunjungan yang baik demi kelestarian satwa Komodo yang merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia (new7 wonders) itu.
"Sehingga bukan dibatasi melainkan pola kunjungan diatur misalnya dengan pola grup yang diatur berapa jumlah yang masuk dalam kawasan dalam waktu kunjungan tertentu," katanya.
"Wisatawan perorangan juga bisa digabung dalam grup sehingga lebih terorganisir juga," katanya lagi.
Ia menambahkan, selain untuk menjaga kondisi satwa Komodo, penataan kembali pola kunjungan wisatawan juga untuk memudahkan otoritas setempat mengendalikan masalah sampah hasil dari aktivitas wiatawan.
"Sebagai pelaku wisata kami sangat mendukung agar pola kunjungan wisatawan ke Taman Nasional Komodo ditata kembali agar lebih terorganisir, " kata Abed Frans ketika dihubungi Antara di Kupang, Rabu (25/4).
Ia mengatakan terkait rencana otoritas Balai TN Komodo yang menata kembali arus wisatawan dengan membatasi jumlah kunjungan untuk menghindari dampak kelebihan kapasitas (overcapacity) terhadap kawasan wisata Komodo .
Balai TN Komodo mencatat kunjungan yang semakin membeludak dan dikhawatirkan akan berdampak pada lingkungan atau habitat satwa purba Komodo (varanus komodoensis) itu.
Dalam tahun 2017, jumlah wisatawan ke TN Komodo tercatat mencapai sekitar 122.000 orang atau naik sekitar 11 persen dari tahun 2016 sebanyak 82.000 orang.
"Dalam kondisi musim ramai kunjungan atau high sesion, arus wisatawan per bulan bisa mencapai lebih dari 10.000 orang," kata Kepala Balai TN Komodo Budi Kurniawan secara terpisah.
Baca juga: UNESCO soroti sampah di Taman Nasional Komodo
Menurut Abed Frans, kunjungan wisatawan ke kawasan Komodo harus ditata kembali agar lebih terorganisir untuk melindungi satwa Komodo (Varanus komodoensis) dari dampak aktivitas wisatawan ssmakin membeludak.
Otoritas terkait, lanjutnya, memang mengejar peningkatan angka kunjungan namun bukan berarti tidak bisa mengatur pola kunjungan yang baik demi kelestarian satwa Komodo yang merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia (new7 wonders) itu.
"Sehingga bukan dibatasi melainkan pola kunjungan diatur misalnya dengan pola grup yang diatur berapa jumlah yang masuk dalam kawasan dalam waktu kunjungan tertentu," katanya.
"Wisatawan perorangan juga bisa digabung dalam grup sehingga lebih terorganisir juga," katanya lagi.
Ia menambahkan, selain untuk menjaga kondisi satwa Komodo, penataan kembali pola kunjungan wisatawan juga untuk memudahkan otoritas setempat mengendalikan masalah sampah hasil dari aktivitas wiatawan.