Kupang (AntaraNews NTT) - Pemerintah Indonesia saat ini terus mempersiapkan diri dalam menyambut Annual Meeting International Monetary Fund-World Bank (IMF-WB) di Denpasar, Bali pada Oktober 2018.

Bali yang menjadi tuan rumah pertemuan tahunan membahas masalah ekonomi dunia itu saat ini terus membangun sejumlah infrastrukturnya, mulai dari jalan, bandara serta sejumlah kawasan wisatanya yang sudah terkenal di seluruh dunia.

Tak mau ketinggalan, daerah lain di Indonesia yang juga mulai berbenah. Kawasan wisata unggulannya mulai dipercantik sehingga nantinya memberikan rasa kagum bagi wisatawan, khususnya para peserta IMF-WB tersebut.

Apalagi pemerintah Indonesia sebagai tuan rumah akan menyiapakan paket wisata ke Indonesia yang dikenal dengan sebutan Voyage to Indonesia.

Hal ini tentunya akan memberikan dampak ekonomi bagi pemerintah daerah yang kawasannya akan dikunjungi, terkhusus bagi masyarakat di sejumlah daerah yang menjadi tujuan wisata.

Lalu bagaimana dengan Nusa Tenggara Timur yang juga menjadi salah satu tujuan dari paket wisata Voyage to Indonesia disamping Bali yang menjadi lokasi kegiatan, Lombok, Yogyakarta, Tanah Toraja, Danau Toba serta Banyuwangi itu?

Untuk wisata di NTT, pemerintah Indonesia menunjuk kawasan wisata Komodo yang masuk dalam daftar tujuh keajaiban dunia di Kabupaten Manggarai Barat, Pulau Flores.

Baca juga: Labuan Bajo mendapat atensi khusus dari Kapolda NTT Pantai Pink di Labuan Bajo, Flores Barat, Nusa Tenggara Timur menjadi salah satu idola bagi para wisatawan yang hendak melancong ke ujung barat nusa bunga itu. (ANTARA Foto/ist)  Sesuai agenda yang direncanakan, selain berkunjung ke lokasi habitat Varanus Komodoensis itu, paket wisata di NTT juga akan diarahkan ke sejumlah kawasan wisata lainnya, seperti wisata keajaiban danau tiga warna Kelimutu di Kabupaten Ende serta sejumlah kawasan wisata, baik di Labuan Bajo sendiri hingga Kota Maumere, Kabupaten Sikka.

Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) Nusa Tenggara Timur Abed Frans mengatakan pihaknya akan menyiapkan enam operator tour lokal untuk melayani tamu mancanegara peserta rapat tahunan International Monetary Fund-World Bank Group di Bali yang nantinya akan berkunjung ke kurang lebih 60 paket tour yang yang disiapkan.

"Keenam operator tour ini adalah Flores Exotic Tours, Flobamor Tours, Komodo Tours, Komodo Enterprise, Plataran Indonesia, dan Panorama Destination.

Selain operator yang dipilih Kementerian Pariwisata seperti Sea Safari dan lainnya untuk bersama-sama melayani tamu peserta rapat IMF-WGB yang akan bersiwisata di NTT setelah kegiatan di Bali.

ASITA NTT memprediksi jumlah kunjungan wisatawan itu khususnya peserta IMF-WB sendiri bisa mencapai 2.000 wisatawan yang akan mengunjungi kawasan wisata Taman Nasional Komodo (TNK).

Menurutnya wisatawan dari peserta IMF-WB tersebut adalah publik figur yang kenal banyak orang dan tentu saja mempunyai pengikut atau followers di media sosialnya bisa mencapai jutaan.

Banyak pihak membayangkan jika 1.000 peserta IMF saja yang memposting sejumlah kawasan wisata di Flores, pada saat yang bersamaan juga akan kurang lebih 4 juta hingga 5 juta pasang mata akan mengenal NTT dari jauh tanpa harus berkunjung.

Baca juga: Labuan Bajo jadi destinasi super prioritas Pesona pulau-pulau di sekitar Labuan Bajo, Flores, NTT (ANTARA Foto/ist) Abed menambahkan layanan paket wisata untuk tamu mancanegara yang diperkirakan mencapai ribuan orang itu dipusatkan pada objek wisata, terutama yang berada di Pulau Flores dan Pulau Sumba.

Paket wisata yang disiapkan untuk Pulau Flores, seperti wisata Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, beserta Taman Nasional Komodo maupun paket over land ke berbagai objek, seperti Danau Kelimutu di Kabupaten Ende, dan lainnya.

Sementara itu, paket wisata yang disiapkan untuk Pulau Sumba hanya untuk wisata Nihiwatu di Kabupaten Sumba Barat, yang sempat memenangi kawasan wisata terbaik dunia dua kali berturut-turut.

Tak hanya ASITA yang bekerja keras untuk menyambut ribuan peserta IMF-WB tersebut. Dari pihak lain, seperti Pertamina wilayah NTT juga saat ini sudah bergerak mempersiapkan berbagai fasilitas memperlancar kunjungan ribuan wisatawan itu.

Salah satu persiapan yang dilakukan adalah menyiapkan tambahan BBM di tengah laut bagi kapal-kapal pesiar yang sedang berwisata membawa wisatawan internasional, terutama para tamu dari pertemuan tahunan IMF-World Bank.

Ia mengatakan telah disiapkan sebuah tanker atau kapal khusus BBM di tengah laut di sekitar wilayah perairan Labuan Bajo dan Komodo untuk membantu kapal-kapal pesiar yang hendak mengisi bahan bakar.

"Pengisian BBM dari kapal ke kapal (ship to ship) tersebut hanya untuk memudahkan wisatawan yang memilih menginap dengan kapal pesiar sebagai akibat dari ketiadaan kamar hotel di darat," ujarnya.

Baca juga: Artikel - Manfaat BOP bagi Labuan Bajo Labuan Bajo di Kabupaten Manggarai Barat, Pulau Flores, NTT (ANTARA Foto/ist) Selain itu juga tempat penampangan kecil khusus BBM juga akan dipasang pipa pengisian menuju ke pinggir dermaga bagi kapal-kapal yang ingin bepergian ke lokasi wisata di kawasan wisata Labuan Bajo dan Komodo.

Sebab saat ini hanya ada dua stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Labuan Bajo, ibu kota Kabupaten Manggarai Barat, sehingga BBM di darat juga pasti akan penuh akibat banyaknya mobil-mobil yang mengantre.

Sementara itu untuk avtur pesawat, juga akan ditingkatkan karena akan ada penambahan pesawat dan penerbangan yang akan mendarat di Bandara Komodo Labuan Bajo.

Selama ini untuk avtur pesawat di Labuan Bajo per harinya bisa sampai 15.000 kilo liter, padahal kapasitas penampungan avtur mencapai 60.000 kilo liter.

"Untuk mengantisipasi tamu dari berbagai mancanegara pada Oktober 2018, kami akan tambah lagi 20 kilo liter avtur untuk mengantisipasi kebutuhan pesawat," ujarnya.

Keuntungan bagi NTT
Pertemuan tahunan terbesar IMF-WB itu akan dilaksanakan pada 12 Oktober 2018. Lalu apa saja keuntungannya bagi NTT jika sejumlah peserta rapat keuangan terbesar itu mengunjungi NTT.

Menurut pengamat ekonomi dari Universitas Kristen (Unkris) Artha Wacana  Kupang Frits O Fanggidae, keuntungan terbesar adalah efek promosi sejumlah kawasan pariwisata yang ada di NTT yang belum banyak dikenal wisatawan asing.

Baca juga: Pendapatan TN Komodo Rp13,5 miliar Seekor Komodo tengah menyantap mangsanya berupa seekor kambing dalam sebuah atraksi di Taman Nasional Komodo. (ANTARA Foto/dok) Ia membayangkan ribuan peserta IMF-WB itu akan memposting kawasan wisata di Flores, NTT yang menjadi lokasi berwisata, seperti Komodo, Pulau Rinca, Danau Kelimutu dan sejumlah kawasan wisata lainnya.

Disamping itu juga tentu saja ribuan wisatawan itu akan berbelanja oleh-oleh dan tentu saja tidak sedikit uang yang akan dikeluarkan saat berwisata ke NTT.

Berdasarkan hasil survei Kementerian Pariwisata pada Tahun 2017 tentang rata-rata pengeluaran wisatawan asing per kunjungan dengan rata-rata lama tinggal selama tiga hari di Indonesia bisa mencapai 1.208 dolar AS atau setara dengan Rp17 juta.

"Jika wisatawan itu mengunjungi Pulau Komodo selama dua hari maka pengeluaran per wisatawan bisa mencapai 805 dolar AS dan bisa lebih dari itu karena para peserta itu adalah publik figur yang membutuhkan pelayanan yang istimewa," katanya.

Maka bisa dipastikan pengeluaraannya bisa mencapai 2.000 dolar AS atau setara dengan Rp28 juta per orang. Jadi bayangkan saja kalau 2.000 wisatawan yang hadir otomatis bisa mencapai ratusan miliar uang yang dikeluarkan untuk berwisata.

Masyarakat di sejumlah daerah yang menjadi lokasi kunjungan wisata, seperti Labuan Bajo serta daerah lainnya, menurut dosen Ekonomi Unkris itu, juga harus memanfaatkan kehadiran wisatawan itu untuk meningkatkan ekonomi mereka.

Namun satu hal yang harus diperhatikan, menurutnya, adalah pemerintah daerah harus menyiapkan infrastruktur di masa waktu beberapa bulan lagi tersebut.

Baca juga: Kunjungan wisatawan ke Komodo mencapai 80.598 orang Komodo (Varanus Komodoensis) Disamping itu juga hal utama yang harus dipikirkan dan disiapkan adalah ajang apa yang harus disajikan bagi para peserta agar lebih menghibur dan membuat betah pengunjung.

Sementara Pemerintah Provinsi NTT justru melihat dari sisi transportasi di Labuan Bajo yang menjadi pintu masuknya wisatawan ke lokasi wisata Taman Nasional Komodo.

Kepala Dinas Pariwisata NTT Marius Ardu Jelamu meminta otoritas Bandara Komodo untuk menata taksi yang beroperasi di Bandara Komodo tersebut.

"Kami minta otoritas terkait dan Pemda Manggarai Barat agar menata kembali taksi-taksi di Bandara Komodo yang masih terlihat parkir seenaknya di sekitar bandara," katanya.

Ia mengatakan penataan dilakukan mengingat Labuan Bajo sebagai salah satu objek wisata unggulan akan dikunjungi peserta IMF-World Bank setelah mengikuti rapat tahunan di Bali.

Taksi liar di Bandara Komodo jumlahnya diperkirakan mencapai puluhan mobil. Sayangnya tidak tercatat semuanya sehingga banyak taksi berseliweran dan tak diparkir secara baik di bandara tersebut dan terlihat semrawut.

Menurut dia, Bandara Komodo menjadi pintu masuk utama yang harus menampilkan yang terbaik karena akan memberikan kesan pertama bagi tamu-tamu mancanegara yang jumlahnya diperkirakan mencapai ribuan orang.

Baca juga: Pengembangan Bandara Komodo jadi prioritas pemerintah Bandara internasional Komodo di Labuan Bajo, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (ANTARA Foto/dok) "Penataan taksi ini memang tampak seperti hal sederhana, namun justeru inilah kesan awal bagi tamu-tamu mancanegara yang merupakan wisatawan high class. Kalau taksi-taksi tetap dibiarkan parkir sembarangan maka tentu memberikan pemandangan yang tidak elok," katanya.

Dia menambahkan, tidak hanya di sekitar Bandara Komodo, namun penataan juga perlu dilakukan di sepanjang jalan menuju Kota Labuan Bajo. Seperti kondisi trotoar juga perlu dibenahi, selain sampah yang menjadi masalah utama di Labuan Bajo.

Jelamu mengatakan bahwa dirinya berharap banyak terhadap ribuan wisatawan dari peserta IMF-WB tersebut karena hal itu mampu mendongkrak jumlah wisatawan ke NTT.

Baca juga: Dalam empat bulan TNK hasilkan Rp9,4 miliar Komodo sedang menyerang mangsanya (ANTARA Foto/ist)

Pewarta : Kornelis Kaha
Editor : Laurensius Molan
Copyright © ANTARA 2024