Ngada perkuat kelembagaan desa wisata untuk ikut ADWI 2023
Tahun ini ada dua desa wisata dari Ngada yang masuk 300 besar. Kini kami perkuat tata kelola destinasi dan kelembagaan agar bisa maju lagi tahun depan...
Labuan Bajo (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur sedang memperkuat sisi kelembagaan dan kepengurusan dari desa-desa wisata untuk nantinya diajukan mengikuti ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023.
"Tahun ini ada dua desa wisata dari Ngada yang masuk 300 besar. Kini kami perkuat tata kelola destinasi dan kelembagaan agar bisa maju lagi tahun depan," kata Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Ngada Oktavianus Botha Djawa ketika dihubungi dari Labuan Bajo, Rabu (7/12/2022).
Sebelumnya, Desa Wisata Manubhara dengan Kampung Adat Tololela dan Desa Wisata Tiworiwu dengan Kampung Adat Bena telah memperoleh ADWI 2022 dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
Oleh karena itu, keterwakilan dua desa wisata di Ngada dalam ajang pariwisata nasional telah mendorong dinas terkait untuk bekerja lebih optimal bagi 54 desa wisata yang ada di wilayah itu.
Pria yang akrab disapa Ivan ini menjelaskan dinas sementara memberikan pelatihan tata kelola destinasi, pengelolaan homestay, dan pemasaran kepada 54 desa wisata tersebut.
Pada 54 desa wisata di Ngada, dinas juga melakukan pra penilaian sebelum diajukan ke Kemenparekraf. Dari pra penilaian itu, dinas bisa melihat kendala atau kekurangan apa yang dialami oleh desa sehingga bisa dilakukan pendampingan khusus.
"Dari short list itu kami akan pendampingan khusus, apa yang kurang, kelembagaan, produknya, marketing-nya, media digital marketing, atau apa, biar kita akan lebih intens di situ," sebutnya menjelaskan.
Dia mengakui kendala terbesar yang dialami desa-desa wisata adalah penguasaan digital untuk penjualan (marketing digital). Selain itu, masih ada kepengurusan ganda pada obyek wisata, baik oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) atau Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Untuk itu, dinas melakukan pendampingan agar desa bisa terbiasa dengan promosi paket wisata lewat akun media sosial. Selanjutnya, kepengurusan desa akan diatur sehingga tidak ada lagi pengelolaan oleh dua pihak secara masing-masing, melainkan bekerja sama untuk mempromosikan objek wisata yang ada.
"Jika ada dua kepengurusan, kita lebur, mana yang kuat, ya gabung ke situ, ketika objek wisata itu kuat, desa juga pasti jadi lebih kuta," katanya.
Kepala Bidang Ekonomi Kreatif dan Kelembagaan Dinas Pariwisata Kabupaten Ngada Benediktus Kenge Rato menambahkan Objek Wisata Kampung Adat Tololela mendapatkan penghargaan dengan variabel penilaian daya tarik wisata, digitalisasi, penerapan CHSE, toilet, suvenir, dan kuliner.
Baca juga: Kunjungan wisman ke Ngada naik pada Agustus 2022
Kini dinas sedang melaksanakan pelatihan desa wisata dan pelatihan pengelolaan homestay dengan optimalisasi pemahaman kepada peserta yang berasal dari desa wisata dalam rangka pembenahan di desa masing-masing agar mampu memenuhi kriteria penilaian ADWI.
Baca juga: Pemkab Ngada manfaatkan pekarangan warga untuk antisipasi inflasi
"Untuk desa wisata, dinas melakukan sosialisasi poin penilaian ADWI agar mereka siap untuk maju di ajang ADWI tahun 2023," katanya optimis.
"Tahun ini ada dua desa wisata dari Ngada yang masuk 300 besar. Kini kami perkuat tata kelola destinasi dan kelembagaan agar bisa maju lagi tahun depan," kata Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Ngada Oktavianus Botha Djawa ketika dihubungi dari Labuan Bajo, Rabu (7/12/2022).
Sebelumnya, Desa Wisata Manubhara dengan Kampung Adat Tololela dan Desa Wisata Tiworiwu dengan Kampung Adat Bena telah memperoleh ADWI 2022 dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
Oleh karena itu, keterwakilan dua desa wisata di Ngada dalam ajang pariwisata nasional telah mendorong dinas terkait untuk bekerja lebih optimal bagi 54 desa wisata yang ada di wilayah itu.
Pria yang akrab disapa Ivan ini menjelaskan dinas sementara memberikan pelatihan tata kelola destinasi, pengelolaan homestay, dan pemasaran kepada 54 desa wisata tersebut.
Pada 54 desa wisata di Ngada, dinas juga melakukan pra penilaian sebelum diajukan ke Kemenparekraf. Dari pra penilaian itu, dinas bisa melihat kendala atau kekurangan apa yang dialami oleh desa sehingga bisa dilakukan pendampingan khusus.
"Dari short list itu kami akan pendampingan khusus, apa yang kurang, kelembagaan, produknya, marketing-nya, media digital marketing, atau apa, biar kita akan lebih intens di situ," sebutnya menjelaskan.
Dia mengakui kendala terbesar yang dialami desa-desa wisata adalah penguasaan digital untuk penjualan (marketing digital). Selain itu, masih ada kepengurusan ganda pada obyek wisata, baik oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) atau Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Untuk itu, dinas melakukan pendampingan agar desa bisa terbiasa dengan promosi paket wisata lewat akun media sosial. Selanjutnya, kepengurusan desa akan diatur sehingga tidak ada lagi pengelolaan oleh dua pihak secara masing-masing, melainkan bekerja sama untuk mempromosikan objek wisata yang ada.
"Jika ada dua kepengurusan, kita lebur, mana yang kuat, ya gabung ke situ, ketika objek wisata itu kuat, desa juga pasti jadi lebih kuta," katanya.
Kepala Bidang Ekonomi Kreatif dan Kelembagaan Dinas Pariwisata Kabupaten Ngada Benediktus Kenge Rato menambahkan Objek Wisata Kampung Adat Tololela mendapatkan penghargaan dengan variabel penilaian daya tarik wisata, digitalisasi, penerapan CHSE, toilet, suvenir, dan kuliner.
Baca juga: Kunjungan wisman ke Ngada naik pada Agustus 2022
Kini dinas sedang melaksanakan pelatihan desa wisata dan pelatihan pengelolaan homestay dengan optimalisasi pemahaman kepada peserta yang berasal dari desa wisata dalam rangka pembenahan di desa masing-masing agar mampu memenuhi kriteria penilaian ADWI.
Baca juga: Pemkab Ngada manfaatkan pekarangan warga untuk antisipasi inflasi
"Untuk desa wisata, dinas melakukan sosialisasi poin penilaian ADWI agar mereka siap untuk maju di ajang ADWI tahun 2023," katanya optimis.