Ketika Pelukis Tiongkok Reuni Budaya di Bali

id China

Ketika Pelukis Tiongkok Reuni Budaya di Bali

Konsul Jenderal Tiongkok di Denpasar Hu Yin Quan

Konsul Jenderal Tiongkok di Denpasar Hu Yin Quan menyatakan kunjungan pelukis Tiongkok ini sebagai pertukaran dalam bidang kebudayaan..
Sejumlah pelukis Tiongkok mengunjungi Pulau Dewata sebagai ajang untuk mengeratkan hubungan antarseniman, sekaligus ajang reuni budaya yang telah terjalin sejak sekitar 1.000 tahun silam.

Konsul Jenderal Tiongkok di Denpasar Hu Yin Quan menyatakan kunjungan pelukis Tiongkok ini sebagai pertukaran dalam bidang kebudayaan dan tahun depan seniman lukis Bali akan diundang untuk berpameran ke Beijing.

Bahkan pihak konsulat bersedia menjalin kerja sama dengan organisasi, perguruan tinggi atau pemerintah Bali, untuk mengadakan kegiatan dan pertukaran kebudayaan di waktu-waktu selanjutnya. Kali ini pelukis Tiongkok mengaku senang sekali berkesempatan untuk datang mengunjungi Pulau Bali.

Para seniman lukis Tiongkok yang datang adalah Wang Mingming (Kepala Akademi Seni Rupa Beijing sekaligus Penasihat Kantor Konselor Dewan Negara), Mo Xiaosong (Asisten Kepala Akademi), Yao Zhenxi (Direktur Bagian Riset), Cai Yushui (Pelukis Eselon I Tingkat Nasional, Wu Huaiyi (Peneliti Teoritis Pelukisan) dan beberapa pelukis eselon I tingkat Nasional (Zhuang Zhong, Zhuang Xiaolei, Fang Zhengghe, serta Liu Xu.

Ketua Perhimpunan Persahabatan Indonesia Tiongkok (PPIT) Provinsi Bali Cahaya Wirawan Hadi menambahkan, pada prinsipnya antara pelukis Bali dan Tiongkok telah terjalin hubungan yang sangat baik.

Akulturasi kebudayaan antara Bali dan Tiongkok sudah tak asing lagi. Sebagai bukti, banyak dijumpai kesenian Tiongkok yang berkembang dan diterima dengan baik oleh masyarakat.

PPIT selanjutnya ingin merangkul berbagai pihak dengan tujuan untuk mendorong hubungan yang lebih baik antara Indonesia dan Tiongkok, termasuk di antaranya di bidang seni dan budaya.

Bali Kuno
Kehadiran sejumlah pelukis Tiongkok disambut dengan baik, dan akhirnya dilangsungkan pertemuan di kawasan Sanur, Denpasar. Dalam pertemuan itu, hadir Kepala Dinas Kebudayaan Bali Dewa Putu Beratha dan beberapa pelukis Bali.

Pelukis Bali yang turut menghadiri acara ialah maestro seni lukis klasik Dr (HC) Nyoman Gunarsa, Hadi Sucipto, Made Jirna, D. Tjandra Kirana, Dewa Yoga dan Ketut Budiana.    

Kepala Dinas Kebudayaan Bali Dewa Putu Beratha menyatakan harapan semoga Pulau Bali membawa vibrasi positif dan memberikan inspirasi bagi pelukis-pelukis Tiongkok. Apalagi kedekatan Bali-Tiongkok sudah terjalin sekitar 1.000 tahun lalu.

"Sejak zaman Bali Kuno, sudah ada hubungan erat antara Bali-Tiongkok. Budaya Tiongkok bahkan tampil pada dimensi spiritual pada masyarakat setempat. Ini bisa dijumpai pada pementasan Barong Landung, Barong Ket, hingga drama Sam Pek Eng Tay yang begitu populer di Bali Utara," ujar Putu Beratha.

Di samping itu, seni arsitektur Bali pun ada yang mengadopsi dari Tiongkok. Namun yang lebih terlihat dengan kehadiran budaya Tiongkok di Bali adalah digunakannya 'pis bolong' yang menjadi sarana setiap dilangsungkannya upacara.

Sesungguhnya, perihal kedekatan Tiongkok-Bali, sudah terjalin sejak lama. Bahkan dahulu kala, diceritakan ada Kerajaan Balingkang yang diperintah Raja Sri Jaya Pangus. Kerajaan ini amat masyhur dengan kesejahteraan, kemakmuran penduduk, pertahanan yang amat kuat dan perdagangannya yang maju pesat.

Mendengar ketenaran perdagangan di kerajaan itu, akhirnya saudagar dari Tiongkok datang untuk menjalin pertemanan. Ternyata, akhirnya salah seorang putri saudagar Tiongkok yang bernama Kang Ching Wie berhasil memikat hati Sri Jaya Pangus. Sang raja pun menikahi Kang Ching Wie.

Bermula dari pernikahan ini, maka akhirnya mengeratkan kedekatan batin dan spiritual antara Bali-Tiongkok. Bahkan penyatuan Sri Jaya Pangus dan Kang Ching Wie ini yang belakangan menjadi cikal bakal keberadaan kesenian Barong Badung yang sekarang sudah menjadi bagian dari budaya yang lestari di masyarakat.

Kunjungi Museum
Salah satu destinasi kunjungan sejumlah pelukis Tiongkok adalah Museum Seni Lukis Klasik Nyoman Gunarsa, yang terletak di Klungkung. Para pelukis Tiongkok ini terkagum-kagum melihat keagungan karya seni lukis klasik Bali, hingga berbagai karya seni Nusantara.

Kehadiran pelukis Tiongkok ibarat menjadi reuni bersejarah 1.000 tahun lalu, sejak era Kerajaan Balingkang. Kehadiran sejumlah pelukis ini ibarat menjembatani sejarah, sehingga tak pernah terputus sepanjang masa.

"Saya akan mengundang seniman-seniman Tiongkok untuk datang dan berpameran di Museum Seni Lukis Klasik Bali. Kawan pelukis Bali pun selanjutnya diharapkan untuk menggelar pameran di Beijing," ujar Nyoman Gunarsa.

Kehadiran para seniman lukis ini diharapkan membawa angin segar untuk menjadikan museum sebagai destinasi wisata budaya. Dikarenakan di Bali, banyak dijumpai museum, dengan kekhasan sendiri-sendiri.

Museum Seni Lukis Klasik Bali Nyoman Gunarsa, berdiri di atas lahan lima hektare. Dengan memiliki ribuan koleksi dari era seni lukis klasik sejak periode Kerajaan Gelgel, hingga karya seniman terpilih dari Bali dan dan daerah lain di Indonesia.

Seni lukis klasik Bali ini sudah dikagumi dunia sejak masyarakat Eropa mengenal dunia timur abad XV. Di mana seni lukis klasik Bali ini merupakan harta karun atau warisan budaya bangsa yang tiada ternilai harganya.

*) Penulis buku dan artikel lepas, tinggal di Bali