Penempatan imigran di Pulau Ndana patut diapresiasi

id Gregor

Penempatan imigran di Pulau Ndana patut diapresiasi

Antropolog budaya Pater Gregorius Neonbasu SVD

"Kita patut memberi apresiasi kepada pemerintah NTT yang memiliki niat untuk menampung para pencari suaka politik di Pulau Ndana Rote yang merupakan gerbang terselatan Indonesia," kata Pater Gregor SVD.
Kupang (ANTARA News NTT) - Antropolog budaya Pater Gregorius Neonbasu SVD, PhD mengapresiasi kebijakan pemerintah Nusa Tenggara Timur yang akan membangun sebuah penampungan bagi ratusan imigran di Pulau Ndana Rote yang sedang menanti proses suaka di Kupang saat ini.

"Kita patut memberi apresiasi kepada pemerintah NTT yang memiliki niat untuk menampung para pencari suaka politik di Pulau Ndana Rote yang merupakan gerbang terselatan Indonesia," katanya dalam percakapan dengan Antara di Kupang, Selasa (22/1).

Hal ini disampaikannya menyusul adanya wacana dari Wakil Gubernur NTT Josef Nae Soi yang berencana menyiapkan lokasi bagi 485 imigran asal Timur Tengah di Pulau Ndana Rote.

Para pencari suaka tersebut saat ini masih ditampung di tiga hotel di Kupang plus Rudenim (Rumah Detensi Imigran) sambil menunggu proses suaka dari pihak UNHCR dan IOM.

Proses suaka itu sambil menunggu persetujuan dari negara ketiga, namun para imigran tersebut hanya menginginkan Australia sebagai ladang kehidupan terakhir mereka.

Kapal atau perahu nelayan yang memuat para imigran gelap, selalu dihalau masuk oleh otoritas keamanan negara itu saat mereka mendekati wilayah perairan Australia.

Kupang, ibu kota Provinsi NTT akhirnya menjadi lokasi pembuangan para imigran seperti yang dialami oleh 485 pencari suaka tersebut.

Baca juga: NTT usulkan pemindahan imigran ke Pulau Ndana
Baca juga: Para imigran berunjuk rasa di kantor IOM Kupang


Rohaniawan Katolik dari Universitas Widya Mandira (Unwira) Kupang itu mengatakan masyarakat mempunyai kewajiban untuk menghormati setiap kebijakan dari pemerintah.

"Apa paun maksud dan tujuan dari para imigran, pemerintah selalu bermaksud baik untuk mencipta harmonisasi bagi warga masyarakat," ujar dia.

Oleh karena itu, kata Pater Gregor, kebijakan yang diwacanakan Pemda NTT melalui Wagub Nae Soi itu, dapat dikategorikan sebagai solusi untuk menjaga keamanan para imigran, serta warga lokal Kupang.

Pater Gregor mengatakan kehadiran para imigran di Kupang, karena keterpaksaan setelah tak tahan lagi hidup di negaranya yang sarat dengan konflik politik dan keamanan yang terus terjadi dan berlangsung setiap saat.

"Kehadiran orang yang berkehendak baik pasti selalu menyegarkan, dan secara struktural formal, mereka memiliki identitas yang jelas seperti paspor dan visa," ujarnya.

Atas dasar itu, mereka berani berlayar sampai ke Benua Australia dengan harapan agar bisa menjadi warga negara di negeri Kanguru itu.

Namun, upaya itu belum kesampaian sehingga meminta difasilitasi oleh Komisi Tinggi PBB Urusan Pengungsi (UNHCR) dan Organisasi Migrasi Internasional (IOM) untuk segera memproses mereka menjadi pengungsi dan pencari suaka politik.

Jika saja Australia tidak menghadang mereka masuk ke negeranya, maka Nusa Tenggara Timur tak memiliki beban apa-apa terkait dengan imigran, karena mereka hanya menjadikan Kupang sebagai jembatan penyeberangan menuju Benua Australia.

Baca juga: Pencari suaka di Kupang mencapai 285 orang
Baca juga: 41 Imigran Asal Vietnam Terdampar di Kupang