Setelah peristiwa penembakan John Lennon, para penggemar yang berduka berbondong-bondong datang ke gedung Dakota untuk meninggalkan bunga dan kartu ucapan belasungkawa. Selama berhari-hari, stasiun radio hanya memutar lagu-lagu The Beatles dan John Lennon.
Di kampung halamannya di Liverpool, sebanyak 30.000 orang berkumpul untuk mengheningkan cipta selama 10 menit. Hal yang sama juga dilakukan oleh sebanyak 225.000 orang di Central Park, tak jauh dari lokasi kejadian perkara.
Pembunuhan yang tidak masuk akal itu segera menimbulkan gelombang ketidakpercayaan di seluruh dunia. Sulit untuk melebih-lebihkan pengaruh besar The Beatles sebagai sebuah fenomena budaya dan makna kehadiran mereka bagi peradaban. Mereka bukan sekadar bintang pop karena empat sekawan John Lennon, Paul McCartney, George Harrison, dan Ringo Starr terbukti sukses mengubah lanskap musik populer.
Eksperimen mereka dengan musik, film, fesyen, narkoba, dan agama, merupakan hal yang paling menonjol pada tahun 1960-an ketika dunia tampaknya sedang mengalami perubahan besar dalam segala hal. Musik The Beatles telah menjadi nada latar kehidupan seluruh generasi masyarakat dan membantu mereka terhubung dengan apa yang terjadi di sekitar mereka satu sama lain.
Musik John Lennon yang dianggap sangat berarti bagi orang-orang selama hidupnya, menjadi semakin penting setelah kematiannya. Seperti lagu "Imagine" (1971), lagu "(Just Like) Starting Over" dan "Woman" dari album "Double Fantasy" segera menduduki nomor satu pada peringkat tangga lagu Inggris. Rekaman terakhir John itu menjadi hit di seluruh dunia dan kemudian memenangkan Grammy untuk "Album Terbaik" tahun 1982.
Pada masa beberapa dekade setelahnya, salah satu pertanyaan besar yang kerap menggelayuti para penggemar The Beatles adalah jika John tidak terbunuh pada 8 Desember 1980, apakah band itu akhirnya bersatu kembali -- setelah dinyatakan bubar pada 29 Desember 1974, untuk membuat lebih banyak karya musik?
Sebelumnya, The Beatles telah mengalami perpecahan yang menyedihkan pada tahun 1970 menyusul sesi rekaman "Let It Be" yang penuh kekacauan. Rasa permusuhan antar-anggota band seputar keretakan hubungan mereka sudah lazim menjadi konsumsi publik.
Setahun usai The Beatles dinyatakan bubar jalan oleh pembetot bass Paul McCartney, John Lennon lantas berkolaborasi membuat sejumlah lagu dengan dua mantan anggota band tersebut yaitu gitaris George Harrison dan pemain drum Ringo Starr. Belakangan, dia pun menghidupkan kembali persahabatannya dengan Paul McCartney.
Lima tahun sebelum kematiannya, dalam sebuah episode acara musik BBC The Old Grey Whistle Test, presenter Bob Harris mengajukan pertanyaan kepada John Lennon: Apakah reuni merupakan ide yang bagus?
"Anda tahu, hal ini aneh karena pada suatu ketika orang-orang bertanya, saya akan mengatakan 'Tidak, tidak akan pernah. Reuni? Apa-apaan itu! Tidak, bukan gaya saya'. Tetapi, kemudian saya sampai pada suatu periode dan berpikir 'jika kami ingin membuat rekaman atau melakukan sesuatu, mengapa tidak?" kata John kepada Harris.
John kemudian melanjutkan, "Saya pikir selama periode berpisah, kami semua berpikir hal itu tidaklah terlalu buruk. Saya telah bekerja dengan Ringo dan George, namun belum dengan Paul karena kami memiliki masa lalu yang sulit. Tetapi sekarang kami sudah cukup dekat."
Pertanyaan lain yang diajukan ke John dan tak kalah penting adalah apakah reuni empat sekawan itu layak dilakukan?
"Hal itu bisa terjawab jika kami benar-benar ingin melakukannya. Jika kami berada di studio bersama dan saling menyemangati, maka itu akan menjadi hal yang sangat berharga," kata John pendapat.
Karya pamungkas
Hiburan - Andai John Lennon tak terbunuh, akankah The Beatles kembali bersatu?
...Saya terus mengawasi orang itu karena saya khawatir dia akan melarikan diri