Kupang, NTT (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Maret 2025 mencapai 100,35 atau turun 1,07 persen dibandingkan Februari 2025.
Kepala BPS Provinsi NTT Matamira B. Kale dalam keterangan di Kupang, Rabu, mengatakan penurunan tersebut disebabkan oleh indeks terima (it) yang bergerak lebih lambat dibandingkan indeks bayar (ib).
“Hal ini berarti harga komoditas pertanian menurun, sedangkan harga komoditas konsumsi rumah tangga dan barang modal mengalami peningkatan” kata
Jika dilihat dari indeks penyusunan NTP, lanjut dia, indeks terima (it) menurun 0,22 persen sedangkan indeks bayar (ib) meningkat 0,86 persen.
“Peningkatan komponen indeks bayar didorong oleh meningkatnya konsumsi rumah tangga (IKRT) sebesar 0,95 persen dan meningkatnya biaya produksi dan penambahan barang modal (PPBM) sebesar 0,23 persen,” katanya.
Sementara itu, pada skala nasional NTP mengalami peningkatan sebesar 0,22 persen atau sejumlah 123,72 dibandingkan bulan sebelumnya.
Dia menyebutkan penurunan NTP di NTT pada Maret 2025 terjadi di semua subsektor.
NTP masing-masing subsektor tercatat sebesar 98,86 untuk subsektor tanaman padi-palawija (NTP-P) atau turun 0,85 persen.
Pada subsektor hortikultura (NTP-H) sebesar 97,04 atau turun 1,37 persen. Pada subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTP-TPR) sebesar 102,54 atau turun 1,56 persen.
Pada subsektor peternakan (NTP-Pt) sebesar 106,63 atau turun 0,93 persen. Pada subsektor perikanan (NTP-Pi) sebesar 92,89 atau turun 1,29 persen.
Adapun Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) di NTT juga mengalami penurunan sebesar 0,44 persen dibandingkan bulan sebelumnya.