"Neon Ida Laran Ida" Semboyan Pamtas RI-RDTL Oleh Yohanes Adrianus

id tapal batas, dua negara

Atambua (Antara NTT) - "Neon Ida Laran Ida", ungkapan bahasa Tetum---sebuah bahasa ibu di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur--- yang wilayahnya berapit dengan Negara Republik Demokratik Timor Leste (RDTL), mengandung makna `sehati sejiwa bersama rakyat`.

Ungkapan itu diambil sebagai semboyan sakral bagi prajurit Satuan Tugas Pengaman Perbatasan (Satgas Pamtas) RI-RDTL Batalyon Infantri 312/Kala Hitam Siliwangi, dalam mengemban tugas menegakkan kedaualatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia di daerah itu.

Komandan Satuan Tugas Pengaman Perbatasan (Dansatgas Pamtas) RI-RDTL Mayor Inf FX Hengky Yudha Setiawan mengatakan prajurit TNI-AD dari Yonif 312/Kala Hitam Siliwangi selalu membangun kerja sama dengan rakyat di tapal batas untuk meningkatkan kemanunggalan TNI-Rakyat dalam semboyan "neon ida laran ida" atau sehati sejiwa bersama rakyat itu.

Ia menegaskan upaya untuk tetap mempertahankan keutuhan wilayah NKRI tidak hanya menjadi tugasnya TNI semata, tetapi juga oleh rakyat yang berada di wilayah tapal batas.

"Karena itu, manunggal TNI-Rakyat adalah harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar. Tanpa rakyat, TNI tidak akan bisa berbuat apa-apa," ujarnya.

Ia menegaskan rasa nasionalisme masyarakat di daerah perbatasan, harus tetap terjaga dan terpelihara agar bisa bersama-sama TNI melakukan tugas negara dalam menjaga keutuhan wilayah NKRI dari gangguan musuh.

"Karena itulah, kami (TNI) terus melakukan kegatan sosial kemasyarakatan agar kemanunggalan parujurit dengan masyarakat tetap terjaga dan terus dipupuk demi tetap tegaknya NKRI," kata Setiawan.

Dengan demikian, kata Setiawan menambahkan, upaya negara untuk tetap menjaga keutuhan negara di batas negara tetap berjalan baik dan terus terpelihara.

Komandan Batalyon Infantri 744/Satya Yudha Bhakti, Lektol Infantri Andree Saputro, mengatakan, pelaksanaan tugas dan tangung jawab prajurit TNI di tapal batas RI-RDTL, hanya bisa dilakukan dengan kerja sama semua pihak melalui kemanunggalan TNI dengan masyarakat, terutama di wilayah batas negara.

"Kemanunggalan TNI dengan masyarakat menjadi kunci utama keberhasilan pelaksanaan tugas menjaga keutuhan NKRI di tapal batas negara," kata Andre.

Menurut dia, usia TNI yang sudah memasuki 67 tahun sudah dianggap mampu menjalankan semua tugas mulia dari negara dan seluruh masyarakat Indonesia, untuk menjaga segala kemungkinan kecenderungan perkembangan lingkungan strategis global, regional dan nasional yang ada.

Dalam konteks di wilayah batas negara RI-RDTL, katanya, jajaran TNI juga melaksanakan sejumlah tugas pokok, mengawal tiga asepk fundamental dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.

Hal itu dilakukan dengan senantiasa membangun mekanisme kerja dan hubungan antarkemasyarakatan dan kelembagaan dalam rangka menegakkan kedaulatan dan mempertahankan keutuhan wilayah NKRI, dengan senantiasa meningkatkan kualitas diri, kemampuan dan kekuatan, dengan kebulatan tekad yang penuh.

Kebulatan tekad yang sudah ada dalam diri seluruh jajaran TNI, menjadi dorongan yang kuat bagi segenap prajurit TNI, guna mewujudkan postur TNI yang benar-benar berjatidiri sebagai tentara nasional tentara rakyat-tentara pejuang dan tentara profesional yang solid, moderen, berwawasan kebangsaan, dicintai dan mencintai rakyat.

Alutsista memadai

Lebih lanjut Setiawan mengatakan peralatan utama sistem pertahanan (Alutsista) bagi prajurit TNI yang bertugas di perbatasan RI-RDTL sudah cukup memadai.

"Alutsista bagi para prajurit di tapal batas Negara RI-Timor Leste sudah cukup memadai dalam mengemban tugas negara untuk menjaga kedaulatan NKRI dari gangguan negara lain," kata Setiawan yang juga Komandan Yonif 312/Kala Hitam Siliwangi.

Menurut dia, peralatan utama sistem pertahanan yang dimiliki saat ini sudah menggunakan sistem peralatan modern yang mampu mendeteksi dan melumpuhkan gangguan keamanan yang datang dari negara tetangga.

Dari sejumlah peralatan utama sistem pertahanan yang ada itu, dikategorikan ke dalam sistem persenjataan perorangan maupun satuan, dengan menggunakan sistem moderen yang layak pakai dan disalurkan di setiap pos-pos penjagaan yang dimiliki di setiap jalur batas negara RI-Timor Leste.

Dia mengatakan, dengan kekuatan dan modernisasi peralatan utama sistem pertahanan yang layak pakai tersebut, Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan RI-Timor Leste dari Yonif 312/Kala Hitam, didukung oleh 650 personel, mampu menjaga keutuhan NKRI dari kemungkinan adanya upaya pencaplokan dan okupasi negara tetangga di wilayah batas negara.

Dari 650 personel prajurit Yonif 312/Kala Hitam Siliwangi yang ada tersebut, disebar ke 38 pos batas negara yang berada di empat kabupaten, yakni Belu, Kabupaten Timor tengah Utara (TTU), Timor Tengah Selatan (TTS) serta Kabupaten Kupang.

"Khusus di Kabupaten Belu tersebar 25 pos perbatasan, sedangkan untuk daerah batas di Kabupaten TTU, TTS dan Kabupaten Kupang tersebar 13 pos penjagaan perbatasan," kata Setiawan.

Danrem 161/Wirasakti Brgijen TNI Ferdinand Setiawan mengatakan, alat utama sistem persenjataan (alutsista) bagi TNI yang bertugas di wilayah di Nusa Tenggara Timur (NTT) cukup memadai.

"Sistem peralatan pertahanan bagi suatu wilayah sangat tergantung pada situasi keamanan di daerah, dan untuk NTT cukup kondusif," kata Ferdinand.

Khusus untuk peralatan TNI seperti kapal perang maupun pesawat tempur, dia mengatakan, tidak mengetahui secara persis sistem pertahanan yang dimiliki TNI AL maupun TNI AU, tetapi untuk TNI Angkatan Darat (AD) cukup memadai.

"Pasukan dan peralatan kita memang kecil, tetapi memiliki kemampuan untuk memukul mundur lawan," ucapnya.

Danrem 161/Wirasakti Brigjen TNI Ferdinand Setiawan menambahkan, pengadaan peralatan pertahanan untuk Indonesia juga sangat tergantung pada anggaran negara.

"Tetapi untuk NTT, situasi keamanan kondusif, sehingga peralatan maupun pasukan yang ditugaskan untuk menjaga perbatasan cukup untuk mengatasi masalah yang muncul di wilayah perbatasan," papar Danrem.

Dengan sejumlah kondisi kekuatan TNI di NTT dan perbatasan negara RI-RDTL itu, baik dari aspek kemanunggalan dan alutsistanya, maka dapatlah dikatakan bahwa, kondisi keutuhan wilayah NKRI di tapal batas RI-RDTL akan tetap tegak, dengan semangat dan semboyan yang sama `neon ida laran ida`---`sehati sejiwa bersama rakyat` di serambi negara tercinta RI.