Banjir dan Longsor Dominasi Bencana di NTT

id Banjir

Banjir dan Longsor Dominasi Bencana di NTT

Banjir bandang menutup ruas jalan Timor Raya di Oesao, Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur.

"Data yang dihimpun dari daerah secara informal menyebut seluruh bencana yang dialami warga dari Desember 2016-Januari 2017 itu adalah banjir dan longsor," kata Tini Thadeus.

Kupang (Antara NTT) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Nusa Tenggara Timur mencatat banjir dan longsor mendominasi bencana yang melanda provinsi berbasis kepulauan itu di periode Desember 2016 hingga Januari 2017 ini.

"Data yang dihimpun dari daerah secara informal menyebut seluruh bencana yang dialami warga sejak durasi waktu Desember 2016-Januari 2017 itu adalah banjir dan longsor," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur, Tini Thadeus di Kupang, Kamis.

Dia mengatakan sejumlah daerah yang sudah dilanda banjir dan longsor, yaitu Kabupaten Malaka yang disebabkan oleh meluapnya sungai Benanain yang membelah kabupaten yang berbatasan dengan negara Timor Leste di Distric Bobonaro (Maliana) itu.

Selain itu, juga terjadi di Kota Kupang yang merambah sejumlah titik di wilayah ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Sedikitnya ada tujuh kelurahan yang terdampak sapuan banjir dan longsor yang terjadi dalam dua pekan terakhir, saat curah hujan di daerah itu meningkat intensitasnya.

"Rata-rata rumah-rumah korban banjir dan longsor itu berada di bantaran kali yang ada di daerah itu," katanya.

Terhadap bencana di Kota Kupang, lanjut Tini sudah ditangani oleh BPBD daerah itu, termasuk penyaluran bantuan tanggap darurat berupa sejumlah kebutuhan dasar berupa makan siap saji, selimut, tenda dan sejumlah kebutuhan lainnya.

Bencana lainnya juga terjadi di Kabupaten Sikka dan Kabupaten Manggarai di nusa Flores. "Semua kejadian itu sudah ditangani dengan penyaluran tanggap daruratnya dan karena itu warga terdampak sudah bisa melaksanakan seluruh aktivitasnya," katanya.

Dari semua kejadian bencana itu, kata Tini tidak terdampak korban jiwa, meskipun korban material sudah cukup banyak. "Petugas kebencanaan daerah masih sedang menghitung kerugian materialnnya di daerah masing-masing," katanya.

Dia mengaku secara kelembagaan BPBD NTT sudah sejak awal Desember 2016 silam menyalurkan cadangan bantuan bencana ke seluruh daerah rawan bencana untuk dimanfaatkan saat terjadi bencana.

Stok bantuan yang dikirim saat puncak curah hujan di akhir Desember 2016 silam itu berupa selimut, makanan instan, tenda dan kebutuhan lainnya. "Semuanya ini sifatnya darurat dan akan dimanfaatkan untuk masyarakat yang terkena bencana.

Dia menyampaikan distribusi stok bantuan bencana ke seluruh daerah di provinsi selaksa nusa itu dimaksud untuk memberikan kewenangan bagi daerah memenuhi kebutuhan korban bencana, jika terdampak bencana.

Hal ini menjadi kewajiban BPBD untuk pemenuhan kebutuhan warga terdampak penanggulangan bencana yang dialami.

Terkait stok beras di tengah kemungkinan dampak gagal panen, Tini Thadeus mengaku sangat tersedia baik di BPBD Provinsi NTT tetapi juga di daerah-daerah di seluruh provinsi ini.

"Kita sediakan stok 100 ton beras cadangan bencana dan siap dimanfaatkan jika dibutuhkan saat bencana melanda," katanya.

Tini Thadeus kembali berharap warga di seluruh daerah ini untuk tetap waspada terhadap perubahan cuaca yang tidak bisa diprediksi dan berpeluang menimbulkan bencana yang berdampak korban jiwa.

"Setiap daerah memiliki potensi yang sama untuk tertimpa bencana dan karena itu dibutuhkan kewaspadaan agar tidak terdampak korban. Kondisi alam tidak bisa diprediksi," katanya.

Waspadai banjir susulan
Sementara itu, masyarakat Kampung Baru, Kelurahan Oesao, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang yang tinggal di bantaran Kali Oesao, diminta untuk mewaspadai banjir susulan.

"Pada hari Minggu (22/1) beberapa rumah penduduk sudah terendam banjir setinggi 30 cm, namun genangan air itu cepat surut setelah hujan mulai berhenti," kata Melkias Mesak, seorang penduduk setempat.

Ia mengatakan, wilayah Kampung Baru dan Oesao menjadi langganan banjir setiap musim hujan, karena lokasi pemukiman penduduk daerah itu berada di dataran rendah serta tidak jauh dari kali Oesao yang sering banjir saat musim hujan.

"Setiap tahun terjadi banjir di Kelurahan Oesao, Kabupaten Kupang, akibat tingginya curah hujan di kawasan pegunungan di Oekabiti,"tegasnya.

Ia mengatakan, jika terjadi banjir yang membahayakan, warga daerah ini akan mengungsi ke daerah yang dinilai aman di Oesao.

Menurut dia, selain mengenangi pemukiman warga, banjir juga mengenangi kawasan persawahan Oesao akibat meluapnya saluran irigasi persawahan Oesao, menyebabkan beberapa rumah penduduk di daerah itu turut tergenang.

Sementara itu Maria Henuk, salah saru warga Oesao, mengatakan, jika curah hujan terjadi diatas normal warga di kawasan bantaran kali Oesao, mulai cemas karena air kali Oesao meluap dan mengenangi rumah penduduk.

Menurut dia, pemerintah Kabupaten Kupang telah membangun bronjong dibantaran kali Oesao yang berdekatan dengan lokasi pemukiman penduduk, namun tetap terjadi banjir karena tangul yang dibangun tahun 2015 itu jebol akibat banjir.

"Kita kwatir apabila curah hujan sangat tinggi maka kemungkinan bencana banjir yang terjadi tahun 2015 lalu akan terulang lagi,"tegasnya.

Kepala BPBD Kabupaten Kupang, Charles Panie mengatakan, telah mengingatkan warga yang tinggal dibantaran kali Oesao untuk selalu waspada terhadap banjir ketika terjadi hujan maupun dalam kondisi setelah hujan.

"Kita tidak bisa memprediksi kapan bencana itu terjadi, namun perlu ada kewaspadaan warga. Bagi warga yang tinggal dibantaran kali agar tetap waspada, karena jika curah hujan tinggi di pegunungan, maka bisa menimbulkan banjir kiriman di daerah dataran rendah seperti di kawasan Oesao,"tegasnya.