Kepala Pusat Sains Antariksa Lapan, Clara Yono Yatini dalam sosialisasi rencana pembangunan observatorium tersebut di Amfoang Tengah, Selasa, mengatakan, teleskop itu merupakan terbesar di Asia Tenggara.
Menurut Clara, salah satu pertimbangan pemerintah pusat mengelontorkan anggaran Rp500 miliar untuk kepentingan pembangunan observatorium di pegunungan Timau, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur untuk mendorong percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia.
"Kehadiran observatorium ini membuat mata dunia akan tertuju ke Kabupaten Kupang, NTT untuk itu warga di daerah ini harus mendukung rencana mega proyek tersebut," ujarnya.
Ia mengatakan teleskop dibangun di lokasi Observatorium Nasional di pegunungan Timau itu memiliki panjang 3,8 meter dengan menggunakan teknologi dari luar negeri yang mampu melihat secara jelas kondisi luar angkasa.
"Sedangkan teleskop milik Lapan di Observatorium di Bosca, Lembang, Jawa Barat, hanya memiliki panjang 60 cm. Teleskop yang dibangun di NTT itu memiliki panjang 3,8 meter dengan kemampuan yang sangat besar," katanya.
Menurut dia, dengan teleskop itu akan memudahkan para peneliti dari manca negara untuk mengali lebih banyak informasi dari langit serta antariksa. "Untuk membangun teleskop yang panjang seperti itu membutuhkan waktu tiga tahun," katanya.
Dikatakannya, salah satu pertimbangan Lapan membangun teleskop dengan panjang 3,8 meter itu akan menjadi daya tarik bagi astronom-astronom dari berbagai negara di jagat ini untuk melakukan penelitian tentang antariksa di pegunungan Timau dari segala penjuru.
"Apalagi langit di pegunungan Timau ini sangat bagus sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi para peneliti untuk melakukan penelitian tentang antariksa dari Timau, Nusa Tenggara Timur," kata dia.
Ia mengatakan, kehadiran peneliti dari berbagai negara itu menjadi daya dorongan bagi warga di Kecamatan Amfoang Tengah untuk melakukan aktivitas ekonomi agar lebih berkembang menuju sejahrera.