Pembangunan Observatorium Timau telan biaya Rp400 miliar

id Lapan

Pembangunan Observatorium Timau telan biaya Rp400 miliar

Kepala LAPAN, Thomas Jamaludin sedang memberikan keterangan pers usai melakukan pencanangan pembangunan observatorium nasional di pegunungan Timau, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, Senin (9/7). (ANTARA Foto/Benny Jahang) (ANTARA Foto)

Pembangunan Observatorium Nasional di pegunungan Timau, Kabupaten Kupang, NTT sebagai observatorium terbesar di Asia Tenggara menelan biaya sebesar Rp400 miliar. 
Kupang (AntaraNews NTT) - Pembangunan Observatorium Nasional di pegunungan Timau, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), sebagai observatorium terbesar di Asia Tenggara menelan biaya sebesar Rp400 miliar. 

Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Jamaludin di Kupang, Senin (9/7), mengatakan hal itu usai melakukan kegiatan pencanangan pembangunan fasilitas Observatorium Nasional Timau.

Pembangunan fasilitas Observatorium Nasional Timau dengan dana yang dialokasikan melalui APBN.

Proses pembangunan observatorium Timau yang dibangun di pingir lereng pegunungan Timau sekitar 200 km arah Timur Kota Kupang itu akan rampung dikerjakan pada akhir 2019. "Itu targetnya," tegas dia.

Ia menjelaskan tiga pertimbangan bagi Lapan untuk menetapkan kawasan Timau sebagai lokasi pembangunan Observatorium Nasional Timau yaitu wilayah NTT secara umum merupakan wilayah yang memiliki malam cerahnya banyak karena musim kemarau sangat panjang.

Kawasan pegunungan Timau serta wilayah Amfoang Tengah masih jauh dari perkotaan sehingga mampu bertahan selama puluhan tahun sebagai kawasan langit gelap untuk mendukung pengamatan astronomi, tambahnya.

Baca juga: Memajukan bidang antariksa dari pegunungan Timau
Kepala LAPAN, Thomas Jamaludin (kedua dari kanan) foto bersama Bupati Kupang Ayub Titu Eki (kanan) serta para pejabat dari LAPAN usai melakukan pencanangan pembangunan observatorium nasional di pegunungan Timau, Kabupaten Kupang, NTT, Senin (9/7). (ANTARA Foto/Benny Jahang) 
"Artinya langit yang gelap harus tetap terjaga dan jauh dari polusi udara sehingga proses pengamatan astronomi dilakukan secara maksimal," ujar Thomas.

Keberadaan Observatorium Nasional Timau tidak sebatas tujuan ilmiah untuk kepentingan edukasi publik, namun diharapkan kehadiran fasilitas itu untuk pemberdayaan masyarakat.

"Kami juga mengusulkan kawasan Timur sebagai kawasan langit gelap untuk menjaga konservasi langit malam agar tetap terjaga untuk kepentingan penelitian astronomi yang membutuhkan langit gelap," lanjutnya.

Masyarakat Amfoang akan diberdayakan melalui penetapan kawasan Timau sebagai lokasi wisata khas yang tidak dimiliki daerah lain di Indonesia.

Ia berharap masyarakat Amfoang untuk tidak menyalakan listrik malam hari hingga keluar rumah, karena dapat berpengaruh pada proses pengamatan astronomi.

"Kami tidak melarang menyalakan listrik malam hari namun tidak menyalakan listrik hingga ke luar rumah karena memiliki dampak pada kualitas pengamatan astronomi," tegasnya.

Ia menyebutkan,guna mendukung pembangunan Observatorium Nasional di Timau akan dilengkapi satu teleskop optik berdiameter 3,8 meter yang sedang dalam proses pengerjaan di Jepang.

"Pada tahun ini teleskopnya sudah selesai dikerjakan sehingga bisa ditempatkan di Timau," tambah Thomas.

Kegiatan pencanangan pembangunan Observatorium Nasional Timau dihadiri staf ahli bidang relevansi dan produktifitas, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Agus Puji Prastyono serta Bupati Kupang, Ayub Titu Eki.

Baca juga: Observatorium terbesar di Asia Tenggara mulai dibangun
Kepala Humas LAPAN Jasyanto (ANTARA Foto/ist)