Kupang (Antara NTT) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mengabadikan nama sastrawan Indonesia Gerson Poyk pada Taman Budaya Provinsi NTT di Kupang dengan nama Taman Budaya Gerson Poyk.
Hal ini disampaikannya saat memberikan kata sambutan dalam acara BNI Taplus di salah satu pusat perbelanjaan di Kupang.
Gubernur Lebu Raya menilai meninggalnya Gerson Poyk memberikan duka yang mendalam bagi masyarakat NTT, khususnya bagi mereka yang mengenalnya secara dekat.
Orang nomor satu di NTT itu menambahkan diabadikan nama sastrawan Gerson Poyk itu merupakan bagian dari penghargaan yang diberikan karena telah mengharumkan nama NTT secara nasional.
"Banyak karya hebatnya yang menurut saya dapat menginspirasi para generasi muda NTT," katanya.
Terkait banyaknya permintaan dari sejumlah komunitas kesenian di kota Kupang yang mengharapkan agar jenasah Gerson Poyk dimakamkan di Taman makam pahlawan Dharmaloka, ia mengatakan membutuhkan waktu perudingan yang lama dan berbelit-belit.
"Saya punya pengalaman saat memakamkan almarhum Pak Piet Tallo di Taman Makam Pahlawan, itu saja mendapatkan banyak penolakan," tuturnya. Karena untuk bisa dimakamkan di TMP ada kriteria-kriteria khusus untuk dianggap sebagai pahlawan.
"Kita menghargai menghormati beliau sebagai seorang tokoh yang mengharumkan nama NTT. Tetapi kalau untuk memenuhi permintaan masyarakat untuk dimakamkan di TMP agak sulit," tuturnya.
Gerson Poyk lahir di Namodele Pulau Rote, Kabupaten Rote Ndao, NTT pada 16 Juni 1931.
"Namanya dikenal secara luas melalui karya-karyanya yang dimuat di media massa dan dijadikan rujukan dalam pelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
"Dia mengawali debutnya sebagai penulis sejak 1950 dan atas prestasinya, ia menerima banyak penghargaan, baik sebagai sastrawan maupun wartawan,".
Pendidikan terakhirnya SGA Kristen Surabaya, 1956 dan pernah menjadi guru SMP dan SGA di Ternate (1956-1958) serta Bima, Sumbawa (1958).
Dia juga pernah menjadi wartawan Sinar Harapan (1962-1970) dan selanjutnya pada 1970-1971, dia menerima beasiswa untuk mengikuti International Writing Program di University of Iowa, Iowa, Amerika Serikat, serta sempat mengikuti seminar sastra di India pada 1982.
"Suami dari Atoneta Saba dengan lima anak itu, sepanjang hidupnya menghasilkan sederet karya sastra yang antara lain berjudul Hari-Hari Pertama (1968), Sang Guru (1971), Cumbuan Sabana (1979), Giring-Giring (1982), Matias Akankari (1975), Oleng-Kemoleng dan Surat-Surat Cinta Rajagukguk (1975), serta Nostalgia Nusa Tenggara (1976).
"Selain itu, Jerat (1978), Di Bawah Matahari Bali (1982), Requim Untuk Seorang Perempuan (1981), Mutiara di Tengah Sawah (1984), Impian Nyoman Sulastri (1988), Hanibal (1988), serta Poli Woli (1988), dan sederet penghargaan atas karya-karyanya.
Gerson Poyk mengembuskan nafas terakhir di RS Hermina Depok, Jawa Barat, pukul 11.00 WIB setelah sebelumnya dirawat intensif atas sejumlah penyakit yang dideritanya. Jenazah dijadwalkan diterbangkan ke Kupang pada Minggu (26/2) besok dan dijadwalkan tiba di Bandara El Tari ukul 07.00 wita.