Para peternak diminta waspada terhadap flu Babi Afrika

id ternak babi

Para peternak diminta waspada terhadap flu Babi Afrika

Kepala Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur, Dani Suhadi (kedua dari kanan) ketika melakukan sosialisasi kewaspadaan dini terhadap serangan penyakit African Swine Fever (ASF) bagi para peternak Babi di Kabupaten Kupang, Rabu (9/10/2019). (ANTARA FOTO/Benny Jahang)

Para peternak babi di Kabupaten Kupang yang berbatasan dengan negara Timor Leste untuk mewaspadai munculnya flu Babi Afrika yang menyerang ternak Babi.
Kupang (ANTARA) - Kepala Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur, Danny Suhadi mengingatkan para peternak babi di Kabupaten Kupang yang berbatasan dengan negara Timor Leste untuk mewaspadai munculnya flu Babi Afrika yang menyerang ternak Babi.

"Flu Babi Afrika menyerang segala usia Babi sehingga perlu diwaspadai para peternak di Kabupaten Kupang yang menjadi kantong ternak Babi terbesar di Pulau Timor," kata Danny Suhadi di Kupang, Rabu (9/10).

Ia mengatakan hal itu dalam sosialisasi kewaspadaan dini terhadap serangan penyakit African Swine Fever (ASF) bagi para peternak Babi di Kabupaten Kupang menyusul telah ditemukanya flu Babi Afrika di Timor Leste yang berbatasan dengan Kabupaten Kupang.

Ia menyebutkan, 421.031 ekor Babi di Kabupaten Kupang berpotensi mengidap flu Babi Afrika apabila tidak dilakukan upaya antisipasi secara dini.

Baca juga: Gubernur NTT minta waspada terhadap virus babi Afrika
Baca juga: TRC untuk cegah masuknya virus demam babi Afrika ke NTT


Menurut dia, apabila 421.031 ekor Babi di Kabupaten Kupang terserang flu Babi Afrika maka dapat menimbulkan kerugian materil sebesar Rp.1,.429 miliar.

Dia menjelaskan, penyakit flu Babi Afrika dapat menyerang Babi dari segala usia baik itu babi domestik maupun babi liar namun tidak menular ke spesies lain termasuk manusia.

Dia mengatakan, Virus ASF sangat berbahaya bagi peternak babi karena jika terjangkit virus tersebut dapat berakibat pada kesakitan dan kematian pada babi dengan tingkat mencapai 100 persen.

"Kontaminasi terjadi melalui kontak langsung dengan jaringan dan cairan tubuh dari Babi yang terinfeksi termasuk pembuangan dari hidung, mulut, urine dan feses atau semen yang terinfeksi," tegas Dani Suhadi.

Dani Suhadi menambahkan bahwa virus yang menyerang ternak Babi menyebar melalui transportasi dan konsumsi produk makanan yang terkontaminasi karena tidak ada vaksinasi yang terbukti mencegah atau menyembuhkan infeksi tersebut.

Ia mendorong para peternak Babi di Kabupaten Kupang untuk melakukan pengendalian dari peternakan dengan pemberian vaksin yang teratur terhadap semua babi yang ada sehingga memiliki kekebalan tubuh yang memadai. 

Baca juga: Warga Kota Kupang yang punya kandang babi, diminta untuk hati-hati
Baca juga: Populasi ternak babi di NTT 2.073.446 ekor