150 rumah di Belu nikmati listrik dari PLTA

id EBT

150 rumah di Belu nikmati listrik dari PLTA

Air terjun di Desa Mauhalek, Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur, yang dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit listrik tenaga air atau micro hydro untuk kebutuhan masyarakat setempat. (ANTARA/HO-istimewa)

Sebanyak 150 rumah warga di Kabupaten Belu, NTT telah menikmati listrik dari pembangkit tenaga air (PLTA) di daerah setempat.
Kupang (ANTARA) - Kepala Bidang Energi Baru Terbarukan, Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Nusa Tenggara Timur, Paulus Kedang mengemukakan sebanyak 150 rumah warga di Kabupaten Belu telah menikmati listrik dari pembangkit tenaga air (PLTA) di daerah itu.

"Ratusan rumah warga di Desa Mauhalek itu memanfaatkan potensi air terjun mereka sebagai sumber pembangkit Listrik Tenaga Micro Hydro (PLTMH) atau tenaga air yang dinikmati hingga saat ini," katanya di Kupang, Kamis (28/11).

Paulus yang mengaku sudah berkunjung ke desa itu mengatakan keberadaan PLTMH yang dibangun sejak 2015 itu dirasakan sangat membantu masyarakat setempat.

Warga yang menggunakan listrik, kata dia, hanya membayar iuran sekitar Rp25.000 per bulan untuk biaya operasional pengelolaan pembangkit.

Menurut dia, pengelolaan PLTMH yang langsung ditangani pihak desa setempat juga cukup profesional sehingga kebutuhan listrik masih dinikmati warga dengan lancar hingga saat ini.

Baca juga: PLN-Indonesia Power kelolah pembangkit EBT di NTT
Baca juga: PLN NTT kembangkan kapasitas pembangkit EBT sebesar 22,72 MW


"Meskipun tidak ada lembaga seperti BUMDes yang mengelolanya tapi manajemen dari desa juga cukup bagus sehingga pasokan listrik tetap lancar ke rumah-rumah warga," katanya.

Paulus mengapresiasi upaya pemerintah Desa Mauhalek yang memanfaatkan potensi air di desanya sebagai sumber pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) dan dapat dikelola secara baik.

Menurut dia, pemanfaatan EBT pada banyak tempat di NTT seringkali terkendala dari aspek keberlanjutannya karena pengelolaan yang tidak bagus.

"Mestinya ada lembaga pengelola misalnya melalui BUMDes, tapi persoalannya belum semua desa memiliki BUMDes, sementara kalau dikelola langsung pemerintah desa maka harus profesional seperti di Belu," katanya.

Paulus menambahkan, pihaknya terus mendorong pemanfaatan sumber EBT agar terus meningkat. Selain tenaga air, NTT juga memiliki potensi besar terutama tenaga surya, serta panas bumi, angin, biogas, dan lainnya.

"Potensi EBT paling besar untuk kita di NTT yaitu dari tenaga surya mencapai 7,2 ribu mega watt, hanya saja kapasitas terpasang baru sekitar 7,4 mega watt dan pemanfaatannya hanya 0,1 persen," katanya.

Baca juga: Pemanfaatan listrik dari EBT sudah mencapai 14,68 MW
Baca juga: Kapasitas listrik tenaga surya di NTT sudah mencapai 7,43 MW