"Dialog antarumat beragama akan menjadi kunci agar umat beragama bisa saling menghormati dan lebih toleran terutama pada hari-hari besar keagamaan dan berbagai aktivitas keagamaan lainnya," kata Sekretaris FKUB NTT Sisilia Sona di Kupang, Kamis, (6/4).
Sona yang juga Kepala Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat NTT itu mengatakan hal tersebut terkait upaya yang dilakukan Pemerintah dan FKUB dalam membangun toleransi antaumat beragama dalam memelihara kerukunan hidup antarumat beragama di wilayah itu.
Ia mengatakan berbagai gejolak yang bernuansa agama sering terjadi di daerah lain, tetapi tidak pernah memancing masyarakat di daerah itu untuk terprovokasi dan ikut-ikutan melakukan aksi serupa berkat peran FKUB.
Menurut dia, dialog antarumat beragama akan menjadi kunci umat beragama bisa saling menghormati dan lebih toleran. Dan melalui dialog, antarumat beragama bisa saling memahami.
Apalagi, tidak ada satupun agama yang mengajarkan kekerasan dan menebar kebencian kepada umat lain.
Ia mengatakan Ketertutupan sikap untuk memberikan ruang kepada kelompok lain hanya akan berujung pada sikap eksklusif. Jika itu yang terjadi, maka kehidupan beragama yang harmoni akan sulit dicapai.
Menurutnya selama 10 tahun terakhir, kerukunan umat beragama, khususnya umat Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu dan Budha telah terbina cukup baik.
"Kita sudah hidup ratusan tahun secara bersama-sama di sini. Aman-aman saja. Baik Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha, keamanan dan perdamaian kita yang menjaganya," katanya.
Bahkan katanya apa yang pernah diucapkan dan dipraktikan mantan Presiden Gus Dur bahwa toleransi itu tidak hanya untuk menciptakan, tetapi juga merawat, menjadi sikap tegas pemerintah dan FKUB NTT serta siapapun yang berkepentingan dengan toleransi bahwa keharmonisan harus dijaga karena akan sulit memulihkan bila sudah retak.
Karena itu menurut dia, untuk mewujudkan hal tersebut tokoh agama bisa menjadi garda terdepan menunjuk teladan dan menghalau berbagai macam pemicu terjadinya intoleransi seperti bahaya radikalisme dan terorisme yang mulai menjangkiti anak bangsa Indonesia.
"Semangat dan motivasi keagamaan adalah sumber kekuatan kita dalam meraih kemerdekaan, mempertahankan kedaulatan nasional dan menjaga keutuhan NKRI," katanya.
Untuk itu FKUB NTT meminta kepada seluruh masyarakat setempat dan Indonesia umumnya, harus bisa terus mempertahankan ini," katanya.
Karena toleransi dan kerukunan bukan milik sesuatu golongan umat beragama semata, tetapi harus menjadi milik semua golongan dan berlaku untuk semua pemeluk agama.