Manggarai Barat Perbanyak "Pasukan Kuning"

id Sampah

 Manggarai Barat Perbanyak "Pasukan Kuning"

Pasukan kuning mendorong gerobak. (Foto ilustrasi)

"Kita sudah perbanyak `pasukan kuning` bahkan sudah bentuk juga `pasukan sukarela` namanya Laskar Peduli Kebersihan Kota Labuan Bajo,"
Kupang, (AntaraNTT) - Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, memperbanyak jumlah "pasukan kuning" untuk mengatasi persoalan sampah yang mengotori Kota Labuan Bajo sebagai salah satu daerah wisata unggulan prioritas nasional itu.

"Kita sudah perbanyak `pasukan kuning` bahkan sudah bentuk juga `pasukan sukarela` namanya Laskar Peduli Kebersihan Kota Labuan Bajo," kata Bupati Manggarai Barat Agustinus Ch Dula saat dihubungi Antara dari Kupang, Rabu.

Dia mengatakan hal itu terkait dengan persoalan sampah di Labuan Bajo yang tengah mendapat sorotan dari berbagai pihak, baik pemerintah pusat hingga daerah, maupun pelaku pariwisata.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan dalam pertemuan pemantapan kerja sama Pemerintah Provinsi NTT dengan operator kapal persiar internasional asal Amerika Serikat, Carnival, di Benoa Bali, beberapa waktu lalu juga menyoroti masalah sampah di Labuan Bajo.

Menteri Luhut meminta pemerintah daerah untuk menyelesaikan masalah sampah, terutama di destinasi wisata unggulan, Labuan Bajo, Pulau Flores.

"Saya titip di Nusa Tenggara Timur supaya masalah sampah bisa diselesaikan dengan baik karena di Labuan Bajo saya dengar sampah yang sangat banyak termasuk di Komodo," katanya saat itu.

Dia menjelaskan harus ada operasi bersama untuk membersihkan Labuan Bajo dari sampah.

Bupati Agustinus mengatakan pemerintahannya juga terus berupaya mengatasi persoalan sampah di daerah itu dengan menambah "pasukan kuning dan sukarela" yang jumlahnya saat ini mencapai lebih dari 1.000 orang.

Namun, katanya, persoalan yang masih dihadapi yaitu keterbatasan armada pengangkut sampah, tempat pembuangan sampah sementara, dan tempat pembuangan akhir.

Ia mengatakan kalau di dalam Kota Labuan Bajo, sampah tidak menjadi masalah namun pemadangan sampah yang miris masih ditemukan di pemukiman warga pesisir dan sekitar pelabuhan laut setempat.

"Di parit, lubang-lubang, dan di bawah fondasi di dekat pantai itu tidak pernah kosong setiap hari selalu dipenuhi sampah, kondisi yang paling brutal itu ada di sana," katanya.

Selain itu, katanya, sampah juga dari kapal-kapal yang datang dari luar daerah ke Manggarai Barat dengan membawa kotoran kapal.

Agustinus mengatakan saat ini persoalan sampah di titik-titik lokasi tersebut menjadi fokus pemerintahannya untuk ditangani melalui "pasukan kuning dan sukarela", serta gerakan pembersihan bersama masyarakat.

"Masalah sampah memang tetap menjadi fokus kita dan saya yakin lambat laun akan kami atasi karena Labuan Bajo ini kami sudah istilahkan kota `Bersahabat`, yakni Bersih, Sehat, Hamonis, Bermartabat," katanya.