Dewan Pers ingatkan media beri pemahaman tentang COVID-19

id Dewan pers, virus corona, covid-19,Ketua Dewan Pers

Dewan Pers ingatkan media beri pemahaman tentang COVID-19

Foto dok - Ketua Dewan Pers Muhammad Nuh (tengah). ANTARA FOTO/Reno Esnir /pd

"Media harus bisa melakukan ajakan kepada masyarakat dalam bentuk penyebaran informasi yang benar tentang corona itu sendiri," ujar Ketua Dewan Pers Muhammad Nuh di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Selasa, (10/3).
Jakarta (ANTARA) - Dewan Pers mengingatkan media massa untuk memberikan pemahaman mengenai virus corona (COVID-19) agar masyarakat memahami duduk perkara dan tidak panik.

"Media harus bisa melakukan ajakan kepada masyarakat dalam bentuk penyebaran informasi yang benar tentang corona itu sendiri," ujar Ketua Dewan Pers Muhammad Nuh di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Selasa, (10/3).

Dalam kondisi wabah COVID-19 seperti ini, partisipasi publik ditekankannya hal yang mutlak.

Untuk itu, ia menilai penting untuk masyarakat mengetahui penyebaran serta dampak-dampak virus corona agar dapat melakukan pencegahan yang benar.

Selain itu, narasumber yang dipilih, tutur M Nuh, mesti memiliki landasan ilmiah sehingga hal yang disampaikan bukan atas dasar asumsi-asumsi agar tidak menambah disinformasi tentang COVID-19.
Baca juga: Jangan menyebar hoaks tentang virus Corona

"Yang kita hindari jangan sampai panik. Kalau sampai panik menjadikan responnya kacau," tutur M Nuh.

Lebih lanjut, media massa juga diimbau untuk tidak memberitakan kasus COVID-19 secara berlebihan sehingga melupakan prinsip-prinsip dasar dalam kode etik jurnalistik.

Pemberitaan yang memberikan pemahaman dapat melawan hoaks terkait COVID-19 yang hingga Selasa (10/3) pagi, di Indonesia terdeteksi sebanyak 187 hoaks.

Berdasarkan data Kominfo, hoaks tertinggi terdapat pada periode 27 Januari hingga 2 Februari dengan 42 temuan berita bohong menyusul maraknya pemberitaan awal terkait virus corona yang mewabah di Wuhan, China.

Baca juga: Masyarakat tak boleh terpengaruh dengan informasi COVID-19 di medsos

Temuan itu sempat menurun, tetapi kembali mencuat setelah pengumuman kasus pertama COVID-19 di Indonesia.