22 kabupaten/kota di NTT terpapar penyakit DBD

id dbd sika ntt

22 kabupaten/kota di NTT terpapar penyakit DBD

Asisten I Setda Provinsi Nusa Tenggara Timur, Jamal Ahmad. (ANTARA/Benny Jahang)

Semua kabupaten/kota di NTT telah terpapar dengan kasus penyakit DBD. Serangan penyakit DBD yang sebelumnya hanya terjadi pada lima kabupaten/kota ternyata telah menyebar ke semua kabupaten di NTT, kata Jamal Ahmad.

Kupang (ANTARA) - Pemerintah Nusa Tenggara Timur menyatakan 22 kabupaten/kota di provinsi berbasis kepulauan ini telah terpapar penyakit demam berdarah dengue (DBD) dengan jumlah korban meninggal mencapai 39 orang dengan 3.284 kasus DBD.

Demikian dikatakan Asisten bidang pemerintahan Setda Provinsi Nusa Tenggara Timur, Jamal Ahmad kepada ANTARA usai membuka kegiatan Bakohumas terkait penanganan kasus DBD di Kupang, Jumat, (13/3).

"Semua kabupaten/kota di NTT telah terpapar dengan kasus penyakit DBD. Serangan penyakit DBD yang sebelumnya hanya terjadi pada lima kabupaten/kota ternyata telah menyebar ke semua kabupaten di NTT," kata Jamal Ahmad.

Baca juga: Korban meninggal akibat DBD di NTT capai 39 orang
Ia mengatakan, Kabupaten Sikka merupakan wilayah yang mengalami kasus DBD tertinggi di Nusa Tenggara Timur mengakibatkan 14 orang meninggal dan 1.234 kasus DBD.

Menurut dia, penyakit DBD yang saat ini menyerang masyarakat di provinsi berbasis kepulauan ini sejak Januari hingga Maret 2020 mengakibatkan 39 orang meninggal dan 3.284 menderita DBD.

"Korban yang meninggal itu merupakan penderita DBD selama tiga bulan terakhir, serangan penyakit DBD di NTT saat ini sangat ganas," katanya.

Beberapa daerah yang sebelumnya telah ditetapkan KLB DBD seperti Lembata dan Alor sudah dapat dikendalikan karena gencarnya pemerintah melakukan pengasapan secara masal pada pemukiman warga yang memiliki kasus DBD.
Baca juga: Polres Sikka kerahkan personel bersihkan sampah dan berantas sarang nyamuk

Namun, kata Jamal Ahmad, terjadi peningkatan kasus DBD pada beberapa daerah lainnya seperti Kabupaten Belu, Kota Kupang dan Sikka kendatipun pemerintah setempat juga gencar melakukan pengasapan (fogging).

"Kami minta Dinas Kesehatan di beberapa daerah itu mengkaji mengapa kasus DBD terus meningkat. Kami minta dalam penggunaan cairan asap, dilakukan sesuai standar yang ditentukan, karena kenyataanya serangan DBD semakin mengganas padahal sudah dilakukan pengasapan. Apakah ada kekeliruan dalam penggunaan zat pembasi nyamuk yang tidak sesuai," katanya.

Dia juga mendorong pemerintah kabupaten/kota di NTT untuk lebih gencar melakukan kerja bakti untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) guna mengendalikan serangan penyakit DBD yang telah merenggut 39 orang jiwa warga NTT itu. *