Kupang (Antara NTT) - Gempa bumi yang terjadi di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur, disebabkan aktivitas subduksi Lempeng Indonesia-Australia, kata Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Waingapu, Sumba Timur, Arief Tyastama.
"Ditinjau dari kedalaman hiposenternya, gempa bumi ini merupakan gempa dangkal akibat aktivitas subduksi Lempeng Indonesia-Australia ke bawah Lempeng Eurasia di bawah Pulau Sumba," kata Arief Tyastama menjawab pertanyaan terkait gempa Sumba melalui pesan WhatsApp, Minggu.
Pada Minggu, (28/5) pukul 11.18.50 Wita, gempa bumi tektonik cukup keras mengguncang wilayah Pulau Sumba. Hasil analisa BMKG menunjukan bahwa gempa bumi dengan kekuatan M=4.4 Skala Richter dengan episenter terletak pada koordinat 9.63 LS dan 119.55 BT pada kedalaman 25 Km.
Peta tingkat guncangan (shake map) BMKG menunjukan bahwa dampak gempa bumi berupa guncangan kuat dirasakan di daerah Tambolaka, Kabupaten Sumba Barat Daya, dan Waikabubak, Kabupaten Sumba Barat, dalam skala intensitas II SIG BMKG (III-IV MMI).
Di daerah ini guncangan gempa bumi dilaporkan dirasakan oleh cukup banyak orang, dan bahkan ada sebagian warga yang sementara berada dalam rumah berlarian keluar rumah.
Terkait dengan peristiwa gempa bumi di Pulau Sumba yang baru saja terjadi, hingga laporan ini disusun pada pukul 12.18 WITA belum terjadi aktivitas gempa bumi susulan, kata Arief Tyastama. Namun, masyarakat diimbau tetap tenang karena gempa bumi yang terjadi tidak berpotensi tsunami.
Aktivitas Lempeng Indonesia-Australia
Gempa bumi yang terjadi di Pulau Sumba, akibat aktivitas subduksi Lempeng Indonesia-Australia.