WVI terjunkan 150 relawan dampingi korban bencana seroja

id NTT, badai seroja di NTT

WVI terjunkan 150 relawan dampingi korban bencana seroja

Wahana Visi Indonesia (WVI) memberikan pelatihan terhadap 150 orang relawan untuk melakukan pendampingan psikososial bagi korban bencana alam badai siklon tropis seroja di Nusa Tenggara Timur. ANTARA/HO

Masyarakat NTT yang terdampak bencana masih terus mencoba untuk bangkit.

Kupang (ANTARA) - Wahana Visi Indonesia (WVI) menerjunkan 150 orang relawan untuk melakukan pendampingan psikososial bagi korban bencana alam badai siklon tropis seroja di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

General Manager WVI Zonal Nusa Tenggara Timur, Eben Ezer Sembiring ketika dihubungi di Kupang, Rabu mengatakan 150 relawan itu telah mendapat pembekalan pelatihan psikososial dari WVI bekerja sama dengan Himpunan Psikologi Seluruh Indonesia (HIMPSI) NTT, tim relawan psikologi Universitas Nusa Nipa (UNIPA) di Maumere dan Sinode Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT).

Menurut dia, pelatihan diikuti relawan yang berasal dari LSM lokal (IRGSC,JPIT), tim relawan psikologi, tokoh agama, dan aparat pemerintah dari daerah terdampak bencana alam.

Selain itu juga diikutkan para guru dan pendamping forum anak untuk memberikan dukungan psikososial bagi para penyintas bencana di Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Sumba Timur, Alor, Timor Tengah Selatan dan Flores Timur.

"Masyarakat NTT yang terdampak bencana masih terus mencoba untuk bangkit. Namun di beberapa lokasi yang dampaknya paling parah dengan korban jiwa yang besar masih menghadapi banyak tantangan. Untuk itu, kami bekerja sama dengan berbagai pihak untuk dapat memberikan dukungan psikososial kepada warga, khususnya anak-anak agar dapat kembali bangkit setelah kejadian traumatis yang dialami," kata Eben Ezer Sembiring.

Baca juga: Pemkot Kupang terima bantuan APD dari WVI
Baca juga: Kemendikbud-WVI gelar pelatihan pendidikan karakter kontekstual

Dikatakannya, para relawan dilatih untuk memahami apa itu dukungan psikososial dalam konteks bencana, memberi ruang bagi relawan untuk saling berbagi dan menguatkan karena banyak relawan adalah juga penyintas.

Ia menjelaskan, para relawan juga dibekali untuk memberikan dukungan psikologi awal (DPA) bagi penyintas juga bagaimana melakukan kegiatan DPA di ruang sahabat anak, sebagai wadah bagi anak-anak untuk semakin kuat lewat kegiatan bermain, belajar, serta mendapat asupan makanan bergizi, layanan kesehatan dan perlindungan anak.