Atambua (Antara NTT) - Antrean panjang kendaraan bermotor untuk memperoleh bahan bakar minyak (BBM) pada Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Atambua, Ibu Kota Kabupaten Belu, wilayah batas RI-Timor Leste masih berlanjut.
Sebagaimana pantauan di sejumlah SPBU yang ada di Kota Atambua, Selasa seperti di SPBU Lakafehan, Motabuik dan Tulamalae, antrean kendaraan terutama roda empat dan selebihnya itu bahkan mengantri hingga menggunakan badan jalan utama.
"Kami terpaksa harus antri karena kalau tidak kami mau dapatkan solar bagaimana, sementara kami harus melakukan aktivitas untuk hidup kami," kata seorang pengemudi truk, Gabriel Naiulu, Selasa.
Dia mengatakan, meskipun SPBU yang ada belum juga dibuka, namun antrian harus dilakukan, agar bisa mendapatkan giliran untuk mengisi solar di kendaraan yang ada.
"Jika tidak ikut antri dari sekarang, maka kemungkinan untuk mendapatkan BBM khusus solar akan sangat kecil. Boleh jadi, saat sudah di dalam SPBU, BBM tidak otomatis diperoleh karena habis," kata Gabriel.
Dia mengatakan, sebagai masyarakat, kondisi tersebut hanya bisa dijalani saja, karena semua kebijakan ada pada pemerintah.
Karena itu dia berharap, pemerintah untuk segera mengambil langkah cepat mengatasi kondisi yang terjadi itu, demi menunjang aktivitas masyarakat yang ada di batas negara ini.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Nusa Tenggara Timur, Fredrik Tielman yang dihubungi terpisah mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Pertamina Kupang untuk terus melakukan suplay BBM ke SPBU-SPBU.
Namun, suplay yang dilakukan Pertamina selama empat hari terakhir ini belum mampu mengendalikan keadaan di lapangan, katanya.
"Sebenarnya sudah tidak ada masalah karena pasokan BBM dari Pertamina lancar, tetapi karena masyarakat panik sehingga masih terjadi antrean di SPBU-SPBU," katanya.
Menurut dia, jika masyarakat panik dan membeli BBM dalam jumlah banyak, apalagi untuk ditimbun, maka berapapun BBM yang dipasok ke pasaran tidak mampu mengurangi antrean panjang kendaraan bermotor.
Karena itu, dia meminta masyarakat untuk tidak merasa panik karena stok BBM yang dikuasai saat ini masih cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah ini.
"Saat ini kita sedang koordinasi supaya ada penjelasan yang lebih terperinci kepada publik, karena antrean panjang memberi kesan bahwa, persediaan BBM semakin berkurang dan semua berlomba-lomba untuk memperoleh dalam jumlah banyak dan itu akan berdampak pada aktivitas lainnya," katanya.
Koordinasi juga dilakukan dengan Polda NTT untuk memantau kemungkinan adanya penimbunan yang dilakukan masyarakat atau pengusaha untuk mencari keuntungan.
"Kalaupun ada yang ketahuan menimbun BBM, harus diproses secara hukum karena tindakan penimbunan, selain merugikan kepentingan umum juga menggangu ketertibam umum karena ada sebagian orang yang tidak bisa terlayani karena kehabisan BBM," katanya.