Garam Bipolo ditargetkan penuhi kebutuhan garam industri

id Budi Sasongko

Garam Bipolo ditargetkan penuhi kebutuhan garam industri

Direktur PT. Garam Budi Sasongko (kanan) dan Gubernur NTT Frans Lebu Raya (kiri) mendampingi Menteri BUMN Rini Soemarno saat berkunjung ke Desa Bipolo, Kabupaten Kupang beberapa waktu lalu. (Foto ANTARA/Kornelis Kaha) .

"Garam di Bipolo sangat bisa dikembangkan untuk garam industri. Saat ini kita sedang setting untuk memenuhi industri garam di dalam negeri," kata Budi Sasongko.

Kupang (AntaraNews NTT) - PT Garam (Persero) saat ini tengah mengatur langkah agar ladang garam di Desa Bipolo, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur dikelola untuk memenuhi industri garam di Indonesia untuk mengurangi impor garam dari luar negeri.

"Garam di Bipolo sangat bisa dikembangkan untuk garam industri. Saat ini kita sedang setting untuk memenuhi industri garam di dalam negeri," kata Direktur PT Garam (Persero) Budi Sasongko saat ditemui Antara di Kupang, Senin (26/3).

Ia mengatakan ladang garam yang sedang dikembangkan di Bipolo saat ini adalah ladang garam yang sempurna karena baru pertama kali diolah oleh PT Garam Indonesia.

Beda dengan ladang garam di Madura yang pertama kali dikembangkan saat jaman Belanda sehingga sedimentasi lahan tersebut perlu direvitalisasi serta diredesain kembali.

"Tetapi karena di sini (Bipolo, red) adalah model baru maka desain kita sempurnakan sesuai dengan standar operasi yang benar dengan harapan agar ladang garam yang sedang kita kembangkan ini semuanya bisa untuk industri," tambahnya.

Baca juga: Garam indo nasional membangun pabrik

Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan saat memimpin rapat koordinasi tentang pengembangan Garam di Nusa Tenggara Timur. (ANTARA Foto/istimewa)

Budi menambahkan pada akhir 2017 lalu justru garam yang sudah dihasilkan dari Bipolo itu sudah dikirim ke pulau Jawa untuk diolah menjadi garam industri karena memang belum ada pabrik pengolahan di NTT.

Jumlah yang dikirim ke Jawa mencapai 4.000 ton. Namun menurutnya jumlah tersebut terlalu kecil mengingat luas lahan saat ini yang baru digarap mencapai 318 hektare dari target 12.000 hektare. Jumlah panenan yang masih terbilang kecil itu menurutnya dikarenakan anomali cuaca pada akhir tahun 2017 itu.

Budi menambahkan untuk tahun 2018 ini dengan asumsi musim yang normal maka pihaknya menargetkan bisa menghasilkan kurang lebih 30.000 sampai 40.000 ton untuk dikirimkan ke Jawa dan di olah menjadi garam industri.

"Kalau musimnya sesuai dengan normal musim di sini yakni dari Mei-Januari tahun berikutnya maka target ini akan tercapai," tambahnya.

Terkait memberdayakan masyarakat di desa Bipolo untuk peningkatan ekonomi masyarakat, saat ini jumlah pekerja di ladang garam Bipolo itu mencapai 200 pekerja.Setiap pekerja per orangnya dibayar Rp55.000 perhari. Belum lagi jika ada kerja lembur maka bayarannya akan bertambah.

Manfaatkan lahan tidur
PT. Garam (Persero) juga bekerja sama dengan Badan Pertanahan Nasional (BPN) di provinsi NTT mengekspansi lahan garapan untuk ladang garam ke sejumlah lahan tidur di Kabupaten Kupang.

"Kerja sama ini juga melibatkan Kementerian Agraria dan Tata Ruang serta Kementerian Kemaritiman guna mendapatkan lahan yang lebih luas agar pengolahan garam di daerah ini kelak bisa bertambah banyak dan bisa memenuhi kebutuhan akan garam industri nasional kita," kata Budi.

Ia menyampaikan perihal kerjasama itu terkait perkembangan dari proyek pengolahan ladang garam di Desa Bipolo, Kabupaten Kupang yang hingga saat ini terus berkembang. Ekspansi ke lahan tidur itu lanjutnya adalah dengan memanfaatkan lahan di pingir pantai yang memang tidak dimanfaatkan oleh warga.

"Kalau lahan-lahan itu sudah ada dan dari hasil pengkajiannya belum dimanfaatkan maka PT. Garam akan selalu siap untuk mengolahnya," ujar Budi dan menambahkan secara umum, wilayah NTT ini memiliki banyak potensi untuk mengembangkan produksi garam.

Baca juga: Flores Timur siapkan 300 hektare untuk garam

Daerah-daerah seperti Sabu Raijua, Kabupaten Kupang serta di Atambua Kabupaten Belu juga tengah dalam penjajakan untuk pengembangan industri garam agar mampu memenuhi produksi dalam negeri.

Dalam kunjungan kerjanya bersama Menteri BUMN Rini Soemarno ke Flores Timur awal bulan lalu, ada ajakan dari Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN Aloysius Kiik Ro untuk mengunjungi Atambua.

"Atambua juga mempunyai potensi dalam hal pengembangan garam untuk memenuhi produksi dalam negeri, sehingga mengurangi impor garam dari luar negeri," ujarnya.

Sementara untuk program produksi garam di Pulau Sabu Raijua, lanjut Budi sejumlah stafnya dalam dua pekan ke depan akan berangkat ke Sabu Raijua.

Sampai sejauh ini PT. Garam (Persero) masih terus memetakan kawasan-kawasan yang akan menjadi daerah pengembangan garam di provinsi berbasis kepulauan itu.

. Presiden Direktur PT Garam Indo Nasional, Hendra Wijaya. (ANTARA Foto/Benny Jahang)