Disiplin prokes jaga penularan COVID-19 tetap rendah

id eman kolfidus,pdip ntt,prokes

Disiplin prokes jaga penularan COVID-19 tetap rendah

Anggota Komisi V DPRD Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Emanuel Kolfidus (ANTARA/Bernadus Tokan)

Sebaiknya dibuat semacam gerakan semesta vaksinasi untuk mengejar sisa target demi mencapai angka kekebalan kelompok atau herd immunity
Kota Kupang (ANTARA) - Anggota Komisi V DPRD Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Emanuel Kolfidus mengatakan, konsistensi penegakan disiplin protokol kesehatan merupakan kunci penting dalam menjaga penularan kasus COVID-19 tetap rendah.

Selain perlu penerapan kebijakan edukasi agar masyarakat mau divaksin dan tidak terjebak hoaks tentang vaksinasi, kata Emanuel Kolfidus di Kupang, Selasa.

Dia mengemukakan hal itu, berkaitan dengan bagaimana menjaga agar penularan COVID-19 tetap rendah di tengah pelonggaran pembatasan kegiatan masyarakat.

"Menurut saya, cara mengendalikan agar laju penularan COVID-19 tetap rendah di tengah pelonggaran aktivitas adalah menerapkan dua strategi yakni, pertama tetap konsistensi penegakan disiplin protokol kesehatan COVID-19, terutama screening vaksinasi sebagai alat kontrol," katanya.

Baca juga: Legislator minta Pemprov NTT segera realisasikan dana Seroja Rp10,8 miliar
Baca juga: DPRD NTT dorong TNI terus gelar vaksinasi di pulau-pulau terpencil


Artinya, ketika suatu ruang publik dibuka luas, maka setiap orang yang akan beraktivitas di ruang tersebut harus dipastikan sudah divaksin.

"Atau dengan ketetapan suatu angka toleransi, berapa persen yang sudah divaksin karena tentu ada masyarakat yang belum bisa vaksin karena alasan kesehatan," katanya.

Penegakan disiplin kesehatan ini sekaligus sebagai cara lain yang humanis untuk mengajak masyarakat mengikuti vaksinasi, kata Sekretaris Fraksi PDI Perjuangan itu.

Mengenai vaksinasi, dia mengatakan, perlu penerapan kebijakan edukasi agar masyarakat mau divaksin.

Ia mengatakan sosialisasi dari pemerintah dalam hal ini gugus tugas harus tetap kencang agar masyarakat yang belum mau vaksin tersadarkan dan menyertakan tokoh agama dan tokoh masyarakat yang menjadi panutan di masyarakat.

"Sebaiknya dibuat semacam gerakan semesta vaksinasi untuk mengejar sisa target demi mencapai angka kekebalan kelompok atau herd immunity," katanya menjelaskan.