Artikel - Mencari pemimpin NTT

id Marianus Sae

Artikel - Mencari pemimpin NTT

Debat terbuka para kandidat Gubernur-Wakil Gubernur NTT periode 2018-2023 (ANTARA Foto/dok)

"Jika membaca peta pertarungan elektoral berbasis kultur politik, sebenarnya keempat pasangan calon punya peluang menang sama, yaitu 50:50," kata Mikhael Bataona.
Kupang (AntaraNews NTT) - Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) periode 2018 sampai dengan 2023 yang diikuti empat pasangan calon tinggal menghitung hari.

Empat pasangan calon yang ikut dalam kontelasu tersebut, masing-masing pasangan Esthon L Foenay-Christian Rotok (Esthon-Chris) bernomor urut 1, pasangan Marianus Sae-Emelia Nomleni (Marhaen) bernomor urut 2.

Selain itu, pasangan Benny K. Harman-Benny A. Litelnoni (Harmoni) bernomor urut 3, dan pasangan Viktor Bungtilu Laiskodat-Joseph Nae Soi (Victory-Joss) bernomor urut empat.

Empat pasangan calon ini akan tampil dalam debat terakhir di Jakarta 23 Juni ini sekaligus sebagai media kampanye terakhir menuju hari pemungutan suara pada tanggal 27 Juni 2018.

Pengamat politik dari Universitas Katolik Widya Mandira Kupang Mikhael Bataona, M.A. menilai empat pasangan calon yang berlaga dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur NTT sama-sama memiliki peluang menang.

"Jika membaca peta pertarungan elektoral berbasis kultur politik, sebenarnya keempat pasangan calon punya peluang menang sama, yaitu 50:50," kata Mikhael Bataona.
Esthon-Chris (ANTARA Foto/Kornelis Kaha)
Menurut dia, empat pasangan calon memiliki peluang yang sama karena secara geopolitik masing-masing calon mengandalkan basis dukungan dari ceruk atau kanal suara pada basis masing-masing, yaitu berbasiskan suku dan agama.

Menurut dia, akan sulit menemukan calon yang mampu mengekspansi wilayah basis calon lainnya karena secara kultur, pemilih di NTT itu mayoritasnya pemilih tradisional.

Akan tetapi, soal siapa yang akan keluar sebagai pemenang, akan sangat ditentukan oleh manajemen isu dan kekuatan gempuran di darat. Bukan lagi pada opini-opini di media sosial, katanya.

Pandangan berbeda disampaikan oleh pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Kupang Dr. Ahmad Atang. Dia berpendapat bahwa pasangan Benny Kabur Harman-Beny Litelnoni (Harmoni) lebih berpeluang terpilih dalam pilkada, 27 Juni 2018, daripada calon lain.

"Jika dilihat dari komposisi pemilih, Flores termasuk pemilih terbesar dengan satu calon gubernur. Jika dilihat dari perspektif politik identitas, Beny-Beny punya peluang lebih besar dibandingkan yang lain," kata Ahmad Atang.

Dilihat dari perjalanan panjang pilkada, keempat pasangan calon memiliki dinamika tersendiri.
Bakal calon Gubernur-Wakil Gubernur NTT, Marianus Sae-Emilia Nomleni saat mendaftar di KPU NTT, Senin (8/1). (ANTARA Foto/Bernadus Tokan)

Untuk melihat peluang masing-masing pasangan calon, menurut dia, memang belum ada hasil survei yang benar-benar menjelaskan peluang di antara empat pasangan calon tersebut sehingga untuk mengganalisisnya selalu menggunakan parameter sentimen lain.

Akan tetapi dalam beberapa kasus, dalam pilkada selalu kuat politik identitas yang mengalahkan politik transaksional sehingga jika dilihat dari komposisi pemilih, Flores termasuk pemilih terbesar dengan satu calon gubernur, yaitu Benny Kabur Harman.

Untuk kasus NTT, pilkada ini pertarungan antara politik identitas dan politik transaksional sehingga yang menjadi penentu kemenangan adalah siapa yang menguasai Flores.

Meskipun demikian, politik juga soal kemampuan memobilisasi sumber daya politik, kata Ahmad Atang.

Optimistis Menang
Ketua Badan Pemenangan Pemilu DPD PDI Perjuangan NTT Yunus Takandewa mengatakan bahwa pasangan Marianus Sae/Emilia Nomleni (Marhaen) tetap optimistis memenangi pilkada pada tanggal 27 Juni 2018.

Optimisme ini dilandasi harapan rakyat di provinsi berbasis kepulauan itu terhadap visi dan misi serta program yang realitias dan bisa dijalankan selama 5 tahun ke depan, katanya.
Para usif dan Meo Naek (Panglima Besar) Timor dari Sonaf Tob Atolan Funtabaunok An Bi Pah Timor meletakkan tangan di atas pasangan Benny K Harman-Benny A Litelnoni (Harmoni) saat upacara membakar lilin menuju NTT-1 periode 2018-2023 di Sonaf Teflopo Kupang, Minggu (10/6). (ANTARA Foto/Laurensius Molan)
"Kontestasi ini ibarat pertandingan piala dunia. Pasangan ini hadir di arena pertandingan ini untuk membawa trofi kemenangan," ucapnya.

Menurut dia, rakyat masih menghendaki keberlanjutan kesuksesan 10 tahun ini atas prestasi dan kerja keras Gubernur NTT Frans Lebu Raya yang juga adalah kader PDI Perjuangan dalam hal membumikan program prorakyat.

Program Desa Mandiri Anggur Merah (Anggur Merah), misalnya, sangat membantu rakyat di desa-desa dalam membangun usaha-usaha produktif.

Program itu akan dilanjutkan oleh pasangan Marhaen 5 tahun ke depan. Hal ini mendapat sambutan luar biasa dari desa-desa.

Oleh karena itu, rakyat akan memberikan kepercayaan kepada pasangan Marhaen karena hanya pasangan inilah yang siap melanjutkan program prorakyat yang sudah dinikmati rakyat NTT selama 10 tahun kepemimpinan Gubernur NTT Frans Lebu Raya, kata Takandewa.

Sementara itu, Sekretaris Tim Pemenangan pasangan Vicktory/Joss, Honing Sani juga optimistis pasangan yang diusung Partai Golkar, NasDem, dan Hanura itu akan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat NTT untuk memimpin daerah itu 5 tahun ke depan.
Pasangan bakal calon Gubernur-Wakil Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Lasikodat-Joseph Nae Soi (mengenakan baju putih) saat tiba di KPU NTT untuk melakukan pendaftaran. (ANTARA Foto/Bernadus Tokan). (Antara NTT)
"Kami juga mengapresiasi sikap sebagian masyarakat NTT yang sudah tidak menjadikan alsan-alasan primordial sebagai dasar dalam membuat keputusan dan pilihan politik," katanya.

Optimisme yang sama disampaikan Sekretaris Tim Pemenangan Pasangan Beny Harman dan Beny Litelnoni.

Menurut dia, dengan pola kampanye tatap muka langsung dengan rakyat di desa-desa yang dilakukan pasangan yang diusung Partai Demokrat dan PKS ini, pihaknya yakin akan memenangi partarungan ini.

Sejak peluit kampanye dibunyikan, pasangan itu lebih memilih tatap muka terbatas dari kampung ke kampung.

"Walaupun pasangan calon dan tim sudah pasti letih-lesu, tetap semangat karena saat tatap muka terbatas itu bukan saja bertemu warga secara langsung, melainkan juga ikut merasakan suasana kehidupan warga setiap hari," katanya.

Justru gaya kampanye seperti ini yang masyarakat nilai paling berkesan, sebab dalam suasana seperti itu, pihaknya tidak banyak berargumentasi. Cukup dengan saling bertatapan, hati mereka sudah terpaut.

"Luar biasa pengalaman pada masa kampanye pilgub, dan itulah yang memberi keyakinan bahwa pasangan ini menang," kata Ferdinand Leu.

Pandangan sedikit berbeda disampaikan Ketua Tim Pemenangan pasangan Esthon/Chris, Jonathan Nubatonis. Dia mengatakan bahwa siapa pun yang terpilih pada tanggal 27 Juni 2018 untuk memimpin daerah ini 5 tahun ke depan adalah rencana Tuhan.
. Paket Harmoni ketika memaparkan programnya saat debat kandidat cagub-cawagub NTT periode ke-2 di Jakarta. (ANTARA Foto/Tim sukses)