Kota Kupang (ANTARA) - Pengamat politik dari Universitas Katolik Widya Mandira Kupang Dr. Marianus Kleden mengatakan, pemilihan umum dengan sistem proporsional terbuka lebih demokratis daripada proporsional tertutup.
Selain lebih demokratis, sistem proporsional terbuka juga lebih menghargai aspirasi warga yang menghendaki jagoan mereka menang dalam pemilu, kata Marianus Kleden di Kupang, Senin (9/1) menjawab pertanyaan seputar kontroversi pemilu menggunakan sistem coblos partai.
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FisiP) Unwira Kupang ini menambahkan, sejak Pemilu 2004 kita telah menerapkan sistem proporsional terbuka dalam pemilu.
"Ini merupakan sistem yang menguntungkan calon karena pemilih langsung memilih orang, bukan memilih partai. Dan Ini lebih demokratis dan menghargai aspirasi warga yang menghendaki jagoan mereka menang dalam pemilu," ujarnya.
Baca juga: Permintaan jatah menteri merusak watak presidensial
Baca juga: Pengamat : Ada dua pertimbangan pilkada 9 Desember 2020
Menurut dia, sistem proporsional tertutup di mana orang memilih partai memang jauh lebih murah karena caleg tidak perlu menggalang dana besar untuk melakukan mobilisasi konstituen.
"Kalau proporsional tertutup yang penting caleg itu nomor urut muda, kalau partai nya kuat dia dapat kursi," ucapnya.
Artinya, sistem proporsional terbuka lebih menguntungkan konstituen, dan sistem proporsional tertutup lebih menguntungkan partai," tuturnya menjelaskan.
Dia juga menilai, sikap delapan partai politik yang menolak sistem proporsional tertutup perlu didukung karena lebih demokratis dan menghargai aspirasi warga.
Pengamat sebut proporsional terbuka lebih demokratis
"Kalau proporsional tertutup yang penting caleg itu nomor urut muda, kalau partai nya kuat dia dapat kursi,