Labuan Bajo (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta pemerintah daerah dalam hal ini Provinsi NTT dan kabupaten/kota untuk mengambil langkah mitigasi mewaspadai musim kemarau tahun 2022 ini, terutama daerah yang mengalami musim kemarau di bawah normal.
"Pemerintah daerah dan masyarakat di daerah yang rawan karena kekurangan air bersih diharapkan dapat melakukan penyimpanan air pada masa peralihan musim hujan ke musim kemarau untuk memenuhi danau, waduk, embung kolom retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati kepada ANTARA di Labuan Bajo, Selasa, (15/3).
Berdasarkan prakiraan BMKG, musim kemarau tahun 2022 di Nusa Tenggara Timur akan dimulai pada bulan Maret dan April 2022. Selanjutnya, puncak musim kemarau akan terjadi pada Juli dan Agustus 2022.
Dengan demikian, saat ini NTT sedang memasuki masa transisi dengan curah hujan yang semakin berkurang. Potensi hujan yang masih terjadi pada beberapa wilayah tentunya perlu disikapi dengan membuat simpanan air yang akan dimanfaatkan pada bulan Agustus 2022 mendatang.
Selanjutnya, BMKG juga meminta pemerintah daerah dan masyarakat di daerah rawan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) untuk waspada menjelang dan pada puncak musim kemarau terutama di wilayah yang mengalami musim kemarau lebih kering dari normalnya.
Baca juga: BMKG prakirakan awal musim kemarau di NTT pada Maret 2022
Selain itu, untuk menekan risiko penurunan hasil pada lahan sawah, maka pengelolaan air bagi kebutuhan pertanian harus dilakukan lebih hemat dan penggunaan varietas yang genjah dan toleran kekeringan.
Baca juga: BMKG: Waspadai dampak Siklon Tropis Anika di NTT
"Ini kan masih Maret, masih ada hujan. Nanti bisa jadi simpanan kalau Agustus membutuhkan. Hujan masih ada, meski berkurang. Kalau kemarau puncak Agustus, tampungan air bisa dimanfaatkan," ungkap dia.