Kupang (AntaraNews NTT) - Pada Jumat (27/7) malam, Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan Syuradikara Ende, Flores, menggelar pementasan teater dengan lakon Tungku Haram 3 di Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Pementasan lakon Tungku Haram 3 itu sebagai edisi lanjutan dari pergelaran sebelumnya dengan judul Tungku Haram 1 di Ende pada 10 November 2017 dan Tungku Haram 2 di Labuan Bajo pada 14 April 2018.
Pergelaran teater Tungku Haram 3 di Kupang bertema "Syuradikara Untuk NTT Stop Untuk Bejual (menjual, red,) Orang," ini disaksikan ribuan warga Kota Kupang.
Teater yang diperankan sekitar 200 siswa dan siswi SMA/SMK Syuradikara Ende ini, menyiratkan visi-misi kemanusiaan, yakni menentang perdagangan manusia dari bumi NTT.
Pater Johan Wadu selaku sutradara Teater "Evergrande" itu, mengatakan di balik pementasan "Tungku Haram" tersirat nilai perlawanan terhadap praktik perdagangan manusia.
Kondisi ini dianalogikan dengan kehidupan keluarga dan realitas di tengah-tengah masyarakat. Ia menjelaskan tentang pengertian Tungku Haram dengan analogi mengenai kedua orang tuanya berprofesi sebagai guru.
Penghasilan sebagai guru dibelanjakan untuk segala sesuatu yang berkaitan dengan kebutuhan rumah tangga, termasuk urusan tungku di dapur agar tetap berasap.
"Itu ibarat tungku halal karena berkat penghasilan yang halal sebagai guru. Sementara ada realita yang terjadi yakni manusia justru dijadikan objek bisnis yang menghasilkan uang termasuk untuk urusan di dapur (tungku)," ucap dia.
Pengertian Tungku Haram karena sesuatu dibelanjakan dari sumber uang haram, yang dalam pementasan itu digambarkan sebagai menjual sesama manusia. Fakta itulah menjadi inspirasi bagi dirinya untuk membuat pementasan teater dengan judul "Tungku Haram".
Misi kemanusiaan yang dibawanya melalui pertunjukan teater tersebut, yakni berangkat dari panggilan kemanusiaan dan tanggung jawab sebagai pribadi dan juga sebagai imam ordo Societas Verbi Divini (SVD) atau Serikat Sabda Allah.
Baca juga: Teater 'Tungku Haram-3' digelar di Kupang
Sebagai pribadi dan imam SVD, dia memandang martabat setiap manusia adalah hakikat yang harus diperjuangkan dan dibebaskan dari belenggu ketidakberdayaan, termasuk dalam persoalan praktik perdagangan manusia.
Kepala SMA Katolik Santo Ignasius Loyola Ende Pater Yerem Bero SVD menilai selain suatu seni pertunjukan, pementasan teater ini memiliki misi khusus, yakni kemanusiaan.
"Agar kita bisa menimba banyak makna tentang misi kemanusiaan dari teater yang dipentaskan ini. Tentu, seni teater juga tidak hanya dinikmati sebagai sebuah seni pertunjukan tetapi kesempatan untuk banyak belajar dari apa yang ditampilkan ini," katanya.
Kepala Sekolah Syuradikara Pater Stef Sabon Aran mengatakan teater dengan lakon Tungku Haram merupakan implementasi program renstra Provinsi SVD Ende tentang pemberantasan perdagangan manusia.
Lembaga SMA/SMK Syuradikara sebagai salah satu sekolah milik Provinsi SVD Ende mendaratkan program ini di tengah masyarakat. "Ini adalah juga proses penyadaran kepada masyarakat tentang bahaya perdagangan manusia," kata dia.
Pater Simplisius Hanafi SVD dari Yayasan Persekolahan Santo Paulus Ende menilai perdagangan manusia sebagai kejahatan kemanusiaan yang sudah mengglobal.
Praktik perdagangan manusia itu butuh tanggung jawab semua pihak dalam mengatasinya. Kejahatan itu disebut dia sebagai sudah menggurita. "Perdagangan manusia terjadi secara masif dan sistematis demi kepentingan orang-orang tertentu," katanya.
Oleh karena kesadaran akan kejahatan ini, pihak SVD dalam Kapitel Jenderal Ke-17 pada 2012 di Ende memutuskan usaha untuk memerangi praktik perdagangan manusia sebagai salah satu resolusi.
Usaha memberantas perdagangan manusia menjadi suatu komitmen yang mewajibkan bagi anggota SVD di dunia untuk melakukannya. Dia mengatakan dalam kapitel provinsi SVD Ende, usaha memberantas perdagangan manusia menjadi resolusi Provinsi SVD Ende.
Usaha penyadaran itu diterapkan dalam berbagai kegiatan, termasuk melalui SMA/SMK Syuradikara, yang mengimplementasikan resolusi ini dalam bentuk pementasan teater dengan judul "Tungku Haram".
Dia mengharapkan dari pementasan teater ini, masyarakat disadarkan tentang perdagangan manusia sebagai suatu kejahatan yang harus diberantas.
"Suatu persoalan yang menggurita di mana kita semua bisa jadi korban sekaligus pelakunya, serta upaya pemberantasan yang harus dilakukan secara bersama-sama," ucap dia.
Ketua DPRD NTT Anwar Puga Geno pada pembukaan pementasan "Tungku Haram" 3 itu, menilai pergelaran teater dengan mengangkat lakon itu merupakan cara cerdas alumnus Syuradikara Ende dalam menyampaikan aspirasi kepada lembaga legislatif.
"Saya harus menyampaikan terima kasih karena sudah menjadikan halaman gedung DPRD NTT sebagai tempat pertunjukan, sekaligus menyampaikan aspirasi ke DPRD NTT," katanya.
Dia menyatakan mendukung upaya anak-anak SMA dan SMK Syuradikara Ende dalam melakukan kampanye memerangi perdagangan manusia di provinsi yang berbasis kepulauan itu.
Anwar berharap teater "Tungku Haram" 3 membangkitkan kesadaran dan tanggung jawab semua kalangan masyarakat dalam memberantas perdagangan manusia di daerah itu.
"Pemberantasan terhadap penjualan orang merupakan tanggung jawab semua elemen masyarakat. Tidak hanya tanggung jawab pemerintah dan DPRD. SMA/SMK Syuradikara Ende telah mengambil peran melalui teater Tungku Haram," katanya.
Artikel - Teater Tungku Haram protes atas perdagangan manusia
Teater yang diperankan sekitar 200 siswa dan siswi SMA/SMK Syuradikara Ende ini, menyiratkan visi-misi kemanusiaan, yakni menentang perdagangan manusia dari bumi NTT.