Seluruh Sumba sudah sepakat cegah Hog Cholera

id babi

Seluruh Sumba sudah sepakat cegah Hog Cholera

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sumba Barat Daya, Rihimera A Praing. (ANTARA Foto/Bernadus Tokan)

Pemerintah empat kabupaten di Pulau Sumba, NTT membangun kesekapatan bersama untuk melakukan pencegahan terhadap serangan penyakit hog cholera yang menyerang ternak babi di pulau itu, dengan menggelar vaksin secara serentak.
Tambolaka, NTT (AntaraNews NTT) - Pemerintah empat kabupaten di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT), telah membangun kesekapatan bersama untuk melakukan pencegahan terhadap serangan penyakit hog cholera yang menyerang ternak babi di pulau itu, dengan menggelar vaksin secara serentak.

"Kesepakatan bersama yang mulai dilaksanakan pada tahun 2019, dengan pertimbangan bahwa pencegahan hog cholera akan sia-sia jika hanya dilakukan pada satu kabupaten dalam satu pulau," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sumba Barat Daya Rihimera A Praing di Tambolaka, Sumba Barat Daya, Sabtu (18/8).

Dia mengemukakan hal itu, saat menjawab pertanyaan seputar upaya nyata yang akan dilakukan pemerintah daerah dalam mencegah serangan hog cholera pada ternak babi di daerah itu.

Pada pertengahan tahun 2017 lalu, wabah hog cholera menyerang ternak babi di provinsi berbasis kepulauan itu, termasuk Pulau Sumba dan menyebabkan sekitar 10.000 ekor ternak babi mati dengan kerugian ekonomi sekitar Rp2,5 miliar.

Hanya saja dia tidak menyebutkan berapa ternak babi yang mati di daerah itu akibat hama hog cholera, tetapi bersama pemerintah di tiga kabupaten lainnya di pulau itu sudah duduk bersama dan bersepakat untuk memulai langkah pencegahan.

Baca juga: SBD datangkan 4.800 ekor babi/tahun dari Lombok

"Kami telah mengambil langkah pencegahan dengan melakukan vaksinasi, tetapi upaya ini tidak bisa efektif jika daerah tetangga tidak melakukan hal yang sama," katannya.

Karena itu, pemerintah empat kabupaten di pulau itu sudah sepakat untuk melaksanakan vaksin secara serentak dalam satu hari mulai tahun 2019 mendatang.

Dengan melakukan pencegahan penyakit secara bersama-sama, usaha bersama untuk meningkatkan populasi ternak babi di daerah itu akan membuahkan hasil.

"Kalau populasi sudah meningkat, maka secara bertahap bisa mengurangi impor ternak babi dari Lombok yang saat ini rata-rata 400 ekor per bulan," katanya.

Secara khusus, Rihimera A. Praing menyampaikan terimakasih kepada Prisma yang telah membangun kemitraan dengan sektor swasta untuk menanggapi masalah serangan hog cholera ini dengan cepat.

Prisma merupakan program multi tahun dibawah Australia-Indonesia Parthnership for Rural Economic Development (AIP-Rural), yang mendukung strategi pembangunan Pemerintah Indonesia mempercepat kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi yang inklusif.

Baca juga: Peternak babi mengaku sukses berkat Prisma

Dia menambahkan, Prisma, Pemerintah NTT dan para pelaku bisnis serta para ternak babi bekerja sama dalam pengembangan "Provicial Road Map", yang mana diluncurkan pada April 2018 yang lalu, sebagai strategi untuk pencegahan dan pembasmian hog cholera.

Roap Map ini merupakan rangkaian langkah kolaborasi yang dipimpin pemerintah dan melaksanakan petunjuk pengujian hog cholera oleh ahli kesehatan.

Selain pengembangan alur distribusi vaksin oleh perusahan farmasi, hingga penerbitan surat tentang kewaspadaan penyakit hewan manular strategis.

Sebagai hasilnya, wabah hog chlolera serta penyebarannya ke daerah lain di provinsi berbasis kepulauan itu, telah berhasil diperlambat dengan dicegah.

"Roap Map ini pulalah yang menjadi dasar bagi pemerintah di seluruh Pulau Sumba untuk mengambil langkah pencegahan terhadap serangan hama hog cholera," katanya.

Baca juga: AIP-Rural Nilai Babi Jadi Komoditas Unggulan