Kabupaten Belu (ANTARA) - Rasa percaya dan kedekatan psikologis terbentuk dari kasih dan kepedulian yang diberikan secara konstan—khususnya, melalui sebuah pengabdian yang tak berpangkal.
Baik di bawah terik matahari yang membakar bumi, maupun deras hujan yang menerpa raga, pengabdian tidaklah boleh terhenti. Berpasang-pasang tungkai tetaplah melangkah, menapak bumi menuju tempat bagi masing-masing insan untuk melaksanakan pengabdian mereka.
Terlebih, pengabdian untuk masyarakat yang berlokasi di wilayah terluar Indonesia. Yang terluar tidaklah terlupa, yang jauh bukan berarti tak sanggup untuk direngkuh, yang paling tepi tidaklah seharusnya terpinggirkan.
Oleh karena itu, melalui pengabdian kemanusiaannya, para anggota TNI Angkatan Darat yang bertugas di Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Satgas Pamtas) Republik Indonesia-Republik Demokratis Timor Leste Yonif 743 merangkul masyarakat setempat tanpa membedakan masyarakat yang merupakan penduduk Indonesia sedari awal, maupun penduduk yang dulunya merupakan warga Timor Timur.
Kehadiran mereka di tengah masyarakat tidak terbatas pada pelaksanaan patroli perbatasan dan menjamin keamanan dari para penyusup. Para anggota TNI ini juga memiliki peranan penting di tengah masyarakat perbatasan.
Salah satu wujud pengabdian kemanusiaan yang paling sering ditemukan di tengah masyarakat dan dilakukan oleh TNI AD adalah pengobatan gratis dari rumah ke rumah.
Pengobatan gratis
Ialah Marcelia; seorang warga negara Indonesia yang kediamannya terletak tidak jauh dari Pos Salore, salah satu posko milik Satgas Pamtas Republik Indonesia-Republik Demokratis Timor Leste Yonif 743.
Marcelia adalah salah satu warga perbatasan yang lebih memilih untuk mengunjungi Pos Salore dibandingkan puskesmas untuk memperoleh pengobatan. Preferensi-nya diakibatkan oleh letak puskesmas yang jauh dari kediamannya sehingga ia merasa Pos Salore jauh lebih mudah diakses.
Lebih lanjut, Marcelia juga merasa bahwa pelayanan kesehatan yang diberikan oleh para anggota TNI sangatlah baik.
Ia menceritakan kisah ketika dirinya sedang dalam perjalanan untuk berkunjung ke kediaman kerabatnya sebelum menuju Pos Salore guna memperoleh pengobatan. Di tengah perjalanannya menuju kediaman kerabat, ia berpapasan dengan seorang anggota TNI.
Marcelia yang tertatih-tatih ketika berjalan pun menuai atensi dari perwira yang berpapasan dengannya. Perwira tersebut lantas bertanya tentang lokasi yang menjadi tempat tujuan Marcelia. Saat itu, tutur Marcelia dengan menggebu-gebu, ia mengaku ingin mengunjungi kerabat sebelum ke Pos Salore untuk meminta pengobatan.
Mendengar pengakuan Marcelia yang ingin ke Pos Salore untuk memperoleh pengobatan, perwira yang saat itu berpapasan dengan Marcelia pun bertanya mengenai pengobatan apa yang dibutuhkan oleh Marcelia, lalu mengarahkan Marcelia untuk menunggu di kediaman kerabat dan mengatakan bahwa rekan TNI-nya akan datang untuk memeriksa keadaan Marcelia.
Tidak lama berselang sejak pertemuan mereka, tiga orang perwira TNI dengan dua buah ransel berisi peralatan medis pun datang menuju kediaman milik kerabat Marcelia, tempat dirinya diminta untuk menanti.
Mengawali pemeriksaan, seorang perwira TNI mengajak Marcelia untuk berkomunikasi, memperkenalkan diri, dan mendengarkan keluhannya. Pada momen tersebutlah Marcelia mengungkapkan bahwa dirinya merasakan nyeri pada kedua kaki yang didahului oleh rasa gatal.
Saat itu, kaki Marcelia dipenuhi oleh luka-luka lecet yang bahkan sudah membengkak dan mengeluarkan nanah. Ia mengaku bahwa dirinya berulang kali menggaruk kakinya yang terasa gatal hingga menimbulkan lecet.
Tak lama setelah kakinya lecet dan membengkak, Marcelia mengaku dirinya mulai merasakan nyeri setiap berjalan dan setiap kakinya menerima tekanan.
Marcelia menjelaskan, kondisi tersebut acapkali terjadi ketika memasuki musim panen, tepatnya setelah dirinya menggali kacang tanah atau memetik sayur labu. Ketika musim panen berakhir, kakinya tidak akan lagi merasa gatal maupun nyeri.
Memahami kondisi tersebut, perwira yang bertugas lekas saja meminta baskom berisi air hangat untuk membersihkan luka-luka Marcelia yang sudah mengeluarkan nanah.
Dengan telaten, mereka membersihkan dan mengeluarkan nanah dari kaki Marcelia. Tentu saja, dalam prosesnya, Marcelia mengaduh karena kesakitan.
Seorang perwira yang sedari awal menjalin komunikasi dengan Marcelia pun secara aktif menenangkan Marcelia yang kesakitan dan mengajaknya membicarakan hal-hal lucu sehingga perhatian Marcelia teralihkan.
Usai melakukan pembersihan dan membubuhkan antiseptik pada luka-luka di kaki Marcelia, perwira TNI yang bertugas memberikan obat minum yang dapat membantu percepatan pemulihan serta menghilangkan nyeri yang melanda.
Atas tindakan yang diberikan oleh TNI kepada dirinya, Marcelia mengungkapkan rasa terima kasih dan mengatakan bahwa dirinya merasa terbantu dengan keberadaan TNI yang berada di wilayah perbatasan.
Tidak hanya pengobatan
Komandan Satgas Pamtas Republik Indonesia-Republik Demokratis Timor Leste Yonif 743 Letkol Inf Andi Lulianto mengungkapkan bahwa tugas-tugas Satgas Pamtas RI-RDTL unit 743 untuk menjangkau masyarakat tidak hanya terbatas pada pengobatan dari rumah ke rumah.
Baca juga: Satgas Pamtas dan polisi perbatasan Timor Leste gelar patroli bersama
Sejak bulan November, pihaknya telah banyak melakukan kegiatan lain yang dibagi menjadi empat jenis kegiatan, yakni kegiatan ketahanan pangan, kegiatan peningkatan taraf perekonomian masyarakat, kegiatan peningkatan kualitas pendidikan, serta kegiatan peningkatan kesehatan masyarakat.
Kegiatan ketahanan pangan meliputi kontribusi TNI dalam melaksanakan panen padi bersama, memberikan pelatihan untuk menanam tumbuh-tumbuhan, serta memberikan pelatihan untuk menanamkan tanaman-tanaman produksi.
Baca juga: Satgas Pamtas RI-TL gagalkan 10 penyelundupan di perbatasan
Ketahanan pangan lantas dilanjutkan oleh kegiatan peningkatan taraf perekonomian masyarakat. Melalui kegiatan ini, TNI menargetkan dapat membantu masyarakat untuk menaikkan nilai ekonomis dari beberapa hasil bumi, di antaranya adalah mengolah pisang menjadi keripik pisang, serta singkong menjadi keripik singkong.
Tak kalah penting, TNI juga melakukan kegiatan dalam rangka peningkatan pendidikan dengan cara membantu menjadi tenaga pendidik di sekolah-sekolah, baik di SD maupun di SMP. Andi menjelaskan, TNI akan menyebar ke sekolah-sekolah yang sekiranya membutuhkan tenaga pendidik.
Terkait dengan kesehatan, selain melakukan pengobatan dari rumah ke rumah, TNI juga mengadakan program vaksinasi COVID-19 dari rumah ke rumah, melakukan vaksinasi di wilayah perbatasan yang sangat sulit untuk diakses oleh kendaraan, serta melakukan pemeriksaan kesehatan di wilayah maupun di daerah masyarakat binaan masing-masing pos sepanjang garis perbatasan.
Tidak hanya itu, TNI juga menyediakan pelayanan sunat massal gratis untuk warga yang berlokasi di perbatasan. Layanan ini bertujuan untuk membantu masyarakat yang terkendala biaya.
Para anggota TNI, khususnya Satgas Pamtas Republik Indonesia-Republik Demokratis Timor Leste Yonif 743, telah melakukan upaya terbaik mereka untuk merangkul masyarakat yang berada di perbatasan.
Harapan mereka adalah menciptakan kedekatan psikologis kepada masyarakat yang berada di perbatasan dan menuai kepercayaan dari masyarakat.
Melalui berbagai kegiatan tersebut, TNI menunjukkan bahwa negara akan selalu hadir di sisi masyarakat di mana pun mereka berada, dan akan selalu melindungi masyarakat Indonesia dari berbagai ancaman.