Kupang (ANTARA News NTT) - Hujan yang terus mengguyur wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), menjadi kendala terberat bagi manajemen PT Waskita Karya untuk melanjutkan pembangunan bendungan Temef di daerah itu.

"Sejauh ini, hujan menjadi gangguan yang selalu menjadi kendala bagi kami dalam membangun bendungan terbesar di Nusa Tenggara Timur itu," kata Manager Proyek Pembangunan Bendungan Temef Paket Satu PT Waskita Karya Agasi Yudho B kepada Antara di Kupang, Rabu (6/2)

Bendungan Temef merupakan salah satu dari tujuh bendungan yang dibangun di NTT. Ketujuh bendungan tersebut merupakan program pembangunan infrastruktur pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla.

Agasi menambahkan bendungan Temef dengan kapasitas tampung sekitar 45 juta meter kubik air itu, akan difungsikan sebagai penyedia sumber air baku bagi masyarakat TTS serta mampu mengairi areal persawahan seluas sekitar 10.000 hektare.

Menurut dia, sumber air baku dari bendungan Temef di Kabupaten Timor Tengah Selatan itu, dapat dinikmati pula oleh masyarakat tetangga di Kabupaten Timor Tengah Utara serta menjadi pengendali banjir yang terus melanda Kabupaten Malaka selama ini.

Ia menambahkan bahwa bendungan dengan panjang 550 meter dan tinggi 55 meter itu dikerjakan oleh dua BUMN Karya yakni PT. Waskita Karya dan PT. Nindya Karya yang terbagi dalam paket satu dan paket dua.

Saat ini sudah ada dua bendungan yang sudah beroperasi di NTT, yakni Bendungan Raknamo di Kabupaten Kupang, dan Bendungan Rotiklot di Kabupaten Belu. Sedang, bendungan lainnya sedang dalam proses dan negosiasi pembangunan.

Baca juga: Pembangunan Bendungan Temef ditargetkan selesai 2021
Baca juga: Bendungan Rotiklot mulai lakukan pengisian air

Pewarta : Kornelis Kaha
Editor : Laurensius Molan
Copyright © ANTARA 2024