Labuan Bajo (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Manggarai Barat (Mabar) Nusa Tenggara Timur (NTT) mengajak semua pihak untuk bersinergi dan meningkatkan kolaborasi dalam upaya menurunkan angka prevalensi stunting di daerah itu.

"Kita harus menjadikan 2025 sebagai tahun kebangkitan untuk menurunkan angka prevalensi stunting," kata Wakil Bupati Manggarai Barat Yulianus Weng, Rabu, (18/12).

Yulianus Weng menyampaikan hal tersebut dalam publikasi data stunting 2024 tingkat Kabupaten Manggarai Barat yang dihadiri unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompimda) Manggarai Barat dan instansi vertikal di Labuan Bajo.

Ia menambahkan, stunting merupakan masalah serius yang mengancam anak-anak di Manggarai Barat. Stunting bukan hanya mempengaruhi pertumbuhan fisik anak, tetapi juga berdampak negatif pada perkembangan otak dan kemampuan belajar anak.

"Oleh karena itu, sebagai pemerintah daerah, kita memiliki tanggung jawab untuk memastikan masa depan anak-anak kita tidak dirusak oleh penyakit yang harusnya bisa dicegah sejak dini," ujarnya.

Ia menjelaskan, data-data terkait angka prevalensi stunting perlu dipublikasikan. Publikasi data stunting memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya  menurunkan prevalensi stunting.

Selain memberikan gambaran faktual tentang kondisi terkini, publikasi ini juga memastikan bahwa langkah-langkah yang diambil untuk mengatasi stunting dilakukan secara terukur, transparan, dan akuntabel.

Berdasarkan data prevalensi stunting dari pengukuran elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis masyarakat (e-PPGBM) tahun 2024 angka prevalensi stunting di Manggarai Barat cenderung fluktuatif dimana pada bulan Januari angka prevalensi stunting sebesar 9,9 persen, namun mengalami kenaikan pada November sebesar 11,6 persen.

"Jika dibandingkan dengan capaian 2023, dimana kita berhasil mencapai dan mempertahankan angka prevalensi di kisaran satu digit dalam sebagian besar waktu, data pada 2024 ini menunjukkan adanya kemunduran, fakta ini tentu menjadi alarm bagi kita semua bahwa ada persoalan mendasar yang perlu segera kita tangani bersama," katanya.

Ia menjelaskan, menurunkan angka stunting sangat penting karena stunting bukan hanya masalah fisik semata, namun berpengaruh pada kemampuan belajar, kesehatan jangka panjang, hingga produktivitas ekonomi di masa depan.

Beberapa hal yang perlu dievaluasi dalam dan menjadi perhatian seluruh pihak adalah mengidentifikasi dan menyelesaikan akar permasalahan stunting dan diidentifikasi secara komprehensif seperti penyediaan layanan kesehatan, gizi, air bersih atau sanitasi dan edukasi masyarakat terkait pola asuh anak dan pola konsumsi makanan bergizi.

Ia juga menekankan penguatan kolaborasi lintas sektor karena stunting bukan masalah yang dapat diselesaikan oleh satu dinas atau sektor saja.

"Kita memerlukan kerja sama yang lebih intensif antara sektor kesehatan, pendidikan, pertanian, perikanan, pemberdayaan perempuan, dan sektor lainnya dan dukungan dari dunia usaha, masyarakat sipil, dan organisasi keagamaan juga sangat dibutuhkan untuk memperkuat program-program yang ada," katanya.

Baca juga: Wabup Mabar: Program Bangga Kencana fondasi pembangunan SDM

Lebih lanjut, mantan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai itu juga menekankan anggaran yang dialokasikan untuk penanganan stunting harus benar-benar digunakan secara tepat sasaran dan efektif. Setiap kegiatan harus memberikan dampak nyata bagi masyarakat, khususnya anak yang teridentifikasi stunting, ibu hamil, balita, dan remaja putri.

Baca juga: PLN-Pemkab Manggarai Barat berkolaborasi turunkan stunting

"Masyarakat perlu terus diberdayakan agar memiliki pemahaman yang baik mengenai pentingnya pemenuhan gizi bagi anak-anak dan penyuluhan tentang pola asuh, pola makan, dan pentingnya sanitasi harus menjadi program yang terus digalakkan," katanya.


Pewarta : Gecio Viana
Editor : Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2024