Kupang (ANTARA) - Kepala Stasiun Klimatologi Kelas II Kupang, Apolinaris Geru mengatakan, ada tiga tahap sekolah lapang iklim (SLI), yakni tahap satu sampai tahap tiga.
"Tahap satu dengan target peserta berasal dari unsur pemerintah daerah, Babinsa dan Dinas Pertanian," kata Apolinaris Geru pada pembukaan sekolah lapang iklim (SLI) tentang sosialisasi agroklimatologi II Provinsi NTT tahun 2019, Selasa (29/10).
Sementara tahap dua dengan target peserta adalah petugas penyuluh lapangan (PPL), yang menjadi jembatan informasi BMKG untuk menerjemahkan bahasa iklim kepada petani dalam bahasa yang lebih mudah sehingga mudah dipahami petani.
Sedangkan SLI tahap tiga, dengan target pesertanya adalah para PPL yang sudah terdidik dalam SLI tahap dua. Mereka akan mengikuti tahap selanjutnya yakni tahap tiga, dan bersama para petani turun langsung ke lapang untuk mempraktekkan langsung informasi cuaca/iklim di lapangan.
Dia mengatakan, pelaksanaan sekolah lapang iklim tahap III ini berlangsung selama 10 bulan (12 kali pertemuan).
Baca juga: SLI dukung ketahanan pangan di NTT
Baca juga: SLI dinilai efektif tingkatkan produksi pertanian
Pertemuan dilakukan setiap 10 hari (dasarian) untuk memaparkan materi, diskusi dan pemaparan hasil temuan pengamatan agroekosistem di lahan.
Misalnya pengukuran suhu, curah hujan dan hama penyakit bersama petani langsung di lapangan, katanya menjelaskan.
"Kadang ada istilah yang sulit di petani sehingga kami lakukan SLI, sehingga petani, terutama PPL juga mengetahui istilah-istilah yang dikeluarkan oleh BMKG," katanya.
Peserta SLI juga bisa menyampaikan ilmu kepada petani agar petani dapat memahami iklim, agar bisa menanam tepat waktu katanya.
Dia mengharapkan, SLI di NTT tidak saja dapat meningkatkan pemahaman tentang iklim, tetapi dapat meningkatkan produktivitas pertanian menuju swasembada pangan nasional.
Baca juga: BMKG: SLI untuk dukung pertanian
Baca juga: Pemkab Kupang Apresiasi Kegiatan SLI
"Tahap satu dengan target peserta berasal dari unsur pemerintah daerah, Babinsa dan Dinas Pertanian," kata Apolinaris Geru pada pembukaan sekolah lapang iklim (SLI) tentang sosialisasi agroklimatologi II Provinsi NTT tahun 2019, Selasa (29/10).
Sementara tahap dua dengan target peserta adalah petugas penyuluh lapangan (PPL), yang menjadi jembatan informasi BMKG untuk menerjemahkan bahasa iklim kepada petani dalam bahasa yang lebih mudah sehingga mudah dipahami petani.
Sedangkan SLI tahap tiga, dengan target pesertanya adalah para PPL yang sudah terdidik dalam SLI tahap dua. Mereka akan mengikuti tahap selanjutnya yakni tahap tiga, dan bersama para petani turun langsung ke lapang untuk mempraktekkan langsung informasi cuaca/iklim di lapangan.
Dia mengatakan, pelaksanaan sekolah lapang iklim tahap III ini berlangsung selama 10 bulan (12 kali pertemuan).
Baca juga: SLI dukung ketahanan pangan di NTT
Baca juga: SLI dinilai efektif tingkatkan produksi pertanian
Pertemuan dilakukan setiap 10 hari (dasarian) untuk memaparkan materi, diskusi dan pemaparan hasil temuan pengamatan agroekosistem di lahan.
Misalnya pengukuran suhu, curah hujan dan hama penyakit bersama petani langsung di lapangan, katanya menjelaskan.
"Kadang ada istilah yang sulit di petani sehingga kami lakukan SLI, sehingga petani, terutama PPL juga mengetahui istilah-istilah yang dikeluarkan oleh BMKG," katanya.
Peserta SLI juga bisa menyampaikan ilmu kepada petani agar petani dapat memahami iklim, agar bisa menanam tepat waktu katanya.
Dia mengharapkan, SLI di NTT tidak saja dapat meningkatkan pemahaman tentang iklim, tetapi dapat meningkatkan produktivitas pertanian menuju swasembada pangan nasional.
Baca juga: BMKG: SLI untuk dukung pertanian
Baca juga: Pemkab Kupang Apresiasi Kegiatan SLI