Kupang (Antara NTT) - Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Nusa Tenggara Timur Yohanes Tay Ruba mengatakan berdasarkan kondisi iklim saat ini dan dinamika atmosfer yang dipantau Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika menunjukkan bahwa awal musim kemarau 2017 diperkirakan mundur.
"Jika dirunut berdasarkan iklim yang terjadi di NTT selama ini, awal musim kemarau biasanya datang pada April atau Mei, namun pada 2017 awal musim kemarau menurut perkiraan BMKG bisa terjadi pada Juni-Juli 2017," katanya kepada Antara di Kupang, Kamis.
Menurut analisis BMKG, untuk puncak musim kemarau 2017 diprakirakan dominan terjadi antara bulan Juli-September 2017, dengan persentase sebesar 85,6 persen.
Dia menekankan dengan kondisi musim kemarau 2017 yang secara umum normal tetap harus diwaspadai beberapa potensi dan dampak, seperti untuk sumber daya air harus lebih ditententukan oleh pengoperasian sumur bor, embung bahkan waduk.
Pada titik ini, kata dia, para petani di Nusa Tenggara Timur sudah harus lebih awal menyiapkan diri dengan menghemat penggunaan air, memilih tanaman hortikultura yang cocok dengan iklim setempat dan lainnya.
Sebab, daerah-daerah ini memang mempunyai pola musim yang berbeda dengan wilayah Indonesia lainnya, yang memiliki dua puncak musim hujan setiap tahunnya.
Menurut dia, ada 2016 musim kemarau datang lebih awal untuk wilayah NTT terutama terjadi di wilayah Timor seluruhnya, Alor dan sebagian Sumba.
Karena itu dia meminta petani lahan basah dan kering untuk tidak cemas berlebihan dan panik dengan penyimpangan iklim dan cuaca saat ini sehingga lupa melakukan tindakan pencegahan dan antisipasi sebagai solusi mengatasi fenomena alam ini.
"Fenomena alam seperti itu bukanlah hal baru bagi Nusa Tenggara Timur terutama kabupaten-kabupaten yang dari segi letak dan karakteristuk alamnya memang kurang menunjang untuk menyimpan air hujan, sehingga tidak perlu panik atau saling menyalahkan," katanya.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika merilis Juni-Juli 2017 merupakan awal musim kemarau untuk wilayah Nusa Tengggara Timur dan wilayah Bali.
"Di wilayah NTT dan Bali pada Juni-Juli merupakan awal musim kemarau akan terjadi pada Juni-Juli. Sementara untuk wilayah Maluku dan Papua musim kemarau terjadi antara Mei-Agustus," kata Deputi Bidang Klimatologi, BMKG, R. Mulyono Rahadi Prabowo.
"Jika dirunut berdasarkan iklim yang terjadi di NTT selama ini, awal musim kemarau biasanya datang pada April atau Mei, namun pada 2017 awal musim kemarau menurut perkiraan BMKG bisa terjadi pada Juni-Juli 2017," katanya kepada Antara di Kupang, Kamis.
Menurut analisis BMKG, untuk puncak musim kemarau 2017 diprakirakan dominan terjadi antara bulan Juli-September 2017, dengan persentase sebesar 85,6 persen.
Dia menekankan dengan kondisi musim kemarau 2017 yang secara umum normal tetap harus diwaspadai beberapa potensi dan dampak, seperti untuk sumber daya air harus lebih ditententukan oleh pengoperasian sumur bor, embung bahkan waduk.
Pada titik ini, kata dia, para petani di Nusa Tenggara Timur sudah harus lebih awal menyiapkan diri dengan menghemat penggunaan air, memilih tanaman hortikultura yang cocok dengan iklim setempat dan lainnya.
Sebab, daerah-daerah ini memang mempunyai pola musim yang berbeda dengan wilayah Indonesia lainnya, yang memiliki dua puncak musim hujan setiap tahunnya.
Menurut dia, ada 2016 musim kemarau datang lebih awal untuk wilayah NTT terutama terjadi di wilayah Timor seluruhnya, Alor dan sebagian Sumba.
Karena itu dia meminta petani lahan basah dan kering untuk tidak cemas berlebihan dan panik dengan penyimpangan iklim dan cuaca saat ini sehingga lupa melakukan tindakan pencegahan dan antisipasi sebagai solusi mengatasi fenomena alam ini.
"Fenomena alam seperti itu bukanlah hal baru bagi Nusa Tenggara Timur terutama kabupaten-kabupaten yang dari segi letak dan karakteristuk alamnya memang kurang menunjang untuk menyimpan air hujan, sehingga tidak perlu panik atau saling menyalahkan," katanya.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika merilis Juni-Juli 2017 merupakan awal musim kemarau untuk wilayah Nusa Tengggara Timur dan wilayah Bali.
"Di wilayah NTT dan Bali pada Juni-Juli merupakan awal musim kemarau akan terjadi pada Juni-Juli. Sementara untuk wilayah Maluku dan Papua musim kemarau terjadi antara Mei-Agustus," kata Deputi Bidang Klimatologi, BMKG, R. Mulyono Rahadi Prabowo.