Kupang (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalokasikan anggaran senilai Rp25 miliar untuk mengembangkan komoditas jagung dengan memanfaatkan lahan seluas 10.000 hektare pada 2020.
“Alokasi anggaran Rp25 miliar ini untuk program tanaman jagung yang dikerjakan tahun ini untuk mendukung ketersediaan pangan maupun peningkatan PAD,” kata Kepala Badan Keuangan Daerah Provinsi NTT, Zakarias Moruk dalam keterangan yang diterima di Kupang, Senin, (18/5).
Baca juga: Kata pengamat pertanian, NTT akan dilanda kelaparan
Ia menjelaskan, pemerintah provinsi telah menyiapkan lahan seluas 10.000 hektare untuk penanaman jagung dengan perincian setiap hektare lahan membutuhkan biaya Rp2,5 juta.
Zakarias Moruk mengatakan, pengembangan jagung ini sebagai bagian dari upaya menjaga ketahanan pangan di tengah pandemi virus corona jenis baru (COVID-19).
Di sisi lain, lanjut dia, juga berkontribusi terhadap pendapatan asli daerah pemerintah provinsi yang ditargetkan pada 2020 ini sebesar Rp1,6 triliun, mengalami kenaikan dari target pada 2019 sebesar Rp1,2 triliun.
Baca juga: Pengamat pertanian setuju dengan peringatan FAO
Ia mengatakan, pemerintah provinsi melalui BPTP Naibonat dan Dinas Pertanian telah melakukan penelitian terkait pengembangan jagung tersebut dan dari hasil penghitungan bisa berkontribusi besar terhadap PAD.
“Melalui program ini diperkirakan kita bisa mendapat pengasilan mencapai Rp120 miliar lebih dari produksi jagung,” katanya.
Ia menambahkan, untuk 2020 ini, pengembangan jagung dilakukan pada lahan seluas 10.000 hektare, namun pada 2021 ditargetkan akan bertambah mencapai 100.000 hektare.
Baca juga: Wabup Flores Timur minta petani tetap mengolah lahan pertanian
“Karena itu dari sisi PAD kami optimistis terus meningkat karena selain jagung, potensi ekonomi lain juga dikembangkan seperti rumput laut, peternakan sapi, dan lainnya,” katanya.
“Alokasi anggaran Rp25 miliar ini untuk program tanaman jagung yang dikerjakan tahun ini untuk mendukung ketersediaan pangan maupun peningkatan PAD,” kata Kepala Badan Keuangan Daerah Provinsi NTT, Zakarias Moruk dalam keterangan yang diterima di Kupang, Senin, (18/5).
Baca juga: Kata pengamat pertanian, NTT akan dilanda kelaparan
Ia menjelaskan, pemerintah provinsi telah menyiapkan lahan seluas 10.000 hektare untuk penanaman jagung dengan perincian setiap hektare lahan membutuhkan biaya Rp2,5 juta.
Zakarias Moruk mengatakan, pengembangan jagung ini sebagai bagian dari upaya menjaga ketahanan pangan di tengah pandemi virus corona jenis baru (COVID-19).
Di sisi lain, lanjut dia, juga berkontribusi terhadap pendapatan asli daerah pemerintah provinsi yang ditargetkan pada 2020 ini sebesar Rp1,6 triliun, mengalami kenaikan dari target pada 2019 sebesar Rp1,2 triliun.
Baca juga: Pengamat pertanian setuju dengan peringatan FAO
Ia mengatakan, pemerintah provinsi melalui BPTP Naibonat dan Dinas Pertanian telah melakukan penelitian terkait pengembangan jagung tersebut dan dari hasil penghitungan bisa berkontribusi besar terhadap PAD.
“Melalui program ini diperkirakan kita bisa mendapat pengasilan mencapai Rp120 miliar lebih dari produksi jagung,” katanya.
Ia menambahkan, untuk 2020 ini, pengembangan jagung dilakukan pada lahan seluas 10.000 hektare, namun pada 2021 ditargetkan akan bertambah mencapai 100.000 hektare.
Baca juga: Wabup Flores Timur minta petani tetap mengolah lahan pertanian
“Karena itu dari sisi PAD kami optimistis terus meningkat karena selain jagung, potensi ekonomi lain juga dikembangkan seperti rumput laut, peternakan sapi, dan lainnya,” katanya.