Kupang (Antara NTT) - Tim BMKG Kupang dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung dijadwalkan turun ke Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur untuk melakukan monitoring kegempaan di daerah itu.
"Selain monitoring kegempaan, tim juga akan memonitoring bencana geologi yang terjadi akibat meningkatnya aktivitas Gunung Api (Ile Ape) Lewotolok dalam beberapa hari terakhir ini," kata Kepala BMKG Kupang/Koordinator BMKG NTT Hasanudin melalui pesan WhatsApp di Kupang, Kamis, terkait gempa Lembata.
"Saat ini kami sedang melakukan koordinasi dengan Pemerintah Kabuaten Lembata. Tim kami berjumlah lima orang akan turun ke Lembata pada Jumat (13/10)," katanya.
Menurut dia, monitoring kegempaan perlu dilakukan mengingat banyak sekali terjadi gempa di daerah itu dalam beberapa hari terakhir ini, yang tidak terekam di BMKG.
"Sejak Senin (9/10) hingga Selasa (10/10), BMKG hanya mencatat enam kali gempa di wilayah itu, tetapi gempa dalam skala kecil dilaporkan terus terjadi. Kita ingin memonitor langsung di lapangan," katanya.
Hasanudin mengakui, hari ini sudah terjadi beberapa kali gempa di daerah itu, tetapi tidak terekam karena kemungkinan sangat lokal dan dangkal.
Berdasarkan catatan pemantau Gunung Lewotolok, pada pukul 12.43 WITA sempat terjadi gempa namun sangat lokal sehingga tidak dirasakan secara meluas. Gempa tersebut terekam di sensor terdekat yang ada di Larantuka, ibu kota Kabupaten Flores Timur.
"Dari hasil koordinasi dengan kami, pemantau berencana memasang sensor gempa bumi di Lembata, saat ini baru disurvei di daerah Balairuing," katanya.
"Mudah-mudahan lokasi yang disurvei ini cocok dan mendapat dukungan dari Pemerintah Kabupaten Lembata," katanya.
"Selain monitoring kegempaan, tim juga akan memonitoring bencana geologi yang terjadi akibat meningkatnya aktivitas Gunung Api (Ile Ape) Lewotolok dalam beberapa hari terakhir ini," kata Kepala BMKG Kupang/Koordinator BMKG NTT Hasanudin melalui pesan WhatsApp di Kupang, Kamis, terkait gempa Lembata.
"Saat ini kami sedang melakukan koordinasi dengan Pemerintah Kabuaten Lembata. Tim kami berjumlah lima orang akan turun ke Lembata pada Jumat (13/10)," katanya.
Menurut dia, monitoring kegempaan perlu dilakukan mengingat banyak sekali terjadi gempa di daerah itu dalam beberapa hari terakhir ini, yang tidak terekam di BMKG.
"Sejak Senin (9/10) hingga Selasa (10/10), BMKG hanya mencatat enam kali gempa di wilayah itu, tetapi gempa dalam skala kecil dilaporkan terus terjadi. Kita ingin memonitor langsung di lapangan," katanya.
Hasanudin mengakui, hari ini sudah terjadi beberapa kali gempa di daerah itu, tetapi tidak terekam karena kemungkinan sangat lokal dan dangkal.
Berdasarkan catatan pemantau Gunung Lewotolok, pada pukul 12.43 WITA sempat terjadi gempa namun sangat lokal sehingga tidak dirasakan secara meluas. Gempa tersebut terekam di sensor terdekat yang ada di Larantuka, ibu kota Kabupaten Flores Timur.
"Dari hasil koordinasi dengan kami, pemantau berencana memasang sensor gempa bumi di Lembata, saat ini baru disurvei di daerah Balairuing," katanya.
"Mudah-mudahan lokasi yang disurvei ini cocok dan mendapat dukungan dari Pemerintah Kabupaten Lembata," katanya.