Kupang (ANTARA) - Sejumlah pemilik serta pelatih klub sepak bola putri di Nusa Tenggara Timur mengeluhkan keputusan Asprov PSSI NTT yang lebih memprioritaskan perekrutan pemain pinjaman dari luar NTT dalam keikutsertaan di turnamen Putri Pertiwi di Bandung dibandingkan mengutamakan kesempatan bagi para pemain lokal.
Padahal, menurut pelatih Tunas Muda Putri FC Ibnu Sanda seharusnya Asprov PSSI NTT melakukan seleksi pemain berbakat dari NTT mengingat klub-klub sepak bola putri lokal sudah berlatih keras.
"Jujur anak-anak yang saya latih sejak satu setengah tahun terakhir kecewa dan mereka bertanya 'Coach kenapa PSSI NTT pakai pemain dari luar NTT padahal kami selama ini sudah banyak berlatih?'," katanya kepada Antara di Kupang, Jumat (18/3).
Ibnu mengaku bingung menjawab pertanyaan tersebut karena ia melihat ada kekecewaan mendalam dari anak-anak asuhnya. Terlebih ia mengetahui bahwa hanya ada lima pemain lokal NTT yang memperkuat tim Piala Pertiwi, sedangkan sisanya adalah pemain-pemain dari Bandung, Jawa Barat.
"Jujur kami sebagai pemilik klub putri satu-satunya di Kupang sama sekali tidak dapat informasi dari Asprov PSSI NTT, " ujar dia.
Baca juga: Tim binaan Plan wakili NTT di turnamen Piala Pertiwi di Bandung
Kekecewaan serupa juga disuarakan oleh Direktur Akademi Bintang Timur Atambua (BeTa) Jhon Leki yang merasa Asprov PSSI NTT sama sekali nyaris tidak melakukan koordinasi dengan pengurus tingkat kabupaten di bawahnya.
"Asprov NTT itu 'kan tidak punya klub. Kalau ada turnamen nasional atau turnamen lainnya seharusnya dikoordinasikan dengan askab-askab sehingga kejadiannya tidak seperti saat ini," kata Jhon Leki.
Apa yang dilakukan Asprov PSSI NTT tidak sejalan dengan harapan pecinta sepak bola di provinsi itu, yang menurut Jhon, menginginkan pembinaan usia dini lebih baik, "seharusnya turnamen sekelas nasional itu bisa menjadi kesempatan buat anak-anak yang kita latih untuk bisa mengasah mental dan kemampuan mereka."
Baca juga: PSSI NTT tak ada target di PON Papua
Menanggapi kekecewaan sejumlah pelatih dan pemilik klub putri di NTT tersebut Wakil Sekjen Asprov PSSI NTT Piter Fomeni mengatakan bahwa pihaknya baru mendapatkan informasi dari PSSI pusat soal turnamen tersebut yakni sudah sangat mepet sehingga sulit untuk berkoordinasi dengan askab-askab di NTT.
"Kami dapat info ini sepekan sebelum turnamen ini digulir. Tentunya pak Ketua bersama wakil harus mengambil keputusan yang cepat walaupun nanti ada penolakan," tambah dia.
Baca juga: Tiga Askab PSSI dorong Fary Francis Ketua Asprov PSSI NTT
Bagi Asprov PSSI NTT sendiri turnamen Putri Pertiwi tersebut adalah kesempatan atau peluang yang harus diambil dan menunjukkan bahwa NTT terlibat dalam turnamen tersebut. Karena itu berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya NTT sendiri memiliki wakil dalam turnamen tersebut.
Turnamen tersebut juga ujar Piter sebagai jembatan agar NTT pun bisa ikut dalam Pra PON tim sepak bola putri di Pra PON berikutnya.
Padahal, menurut pelatih Tunas Muda Putri FC Ibnu Sanda seharusnya Asprov PSSI NTT melakukan seleksi pemain berbakat dari NTT mengingat klub-klub sepak bola putri lokal sudah berlatih keras.
"Jujur anak-anak yang saya latih sejak satu setengah tahun terakhir kecewa dan mereka bertanya 'Coach kenapa PSSI NTT pakai pemain dari luar NTT padahal kami selama ini sudah banyak berlatih?'," katanya kepada Antara di Kupang, Jumat (18/3).
Ibnu mengaku bingung menjawab pertanyaan tersebut karena ia melihat ada kekecewaan mendalam dari anak-anak asuhnya. Terlebih ia mengetahui bahwa hanya ada lima pemain lokal NTT yang memperkuat tim Piala Pertiwi, sedangkan sisanya adalah pemain-pemain dari Bandung, Jawa Barat.
"Jujur kami sebagai pemilik klub putri satu-satunya di Kupang sama sekali tidak dapat informasi dari Asprov PSSI NTT, " ujar dia.
Baca juga: Tim binaan Plan wakili NTT di turnamen Piala Pertiwi di Bandung
Kekecewaan serupa juga disuarakan oleh Direktur Akademi Bintang Timur Atambua (BeTa) Jhon Leki yang merasa Asprov PSSI NTT sama sekali nyaris tidak melakukan koordinasi dengan pengurus tingkat kabupaten di bawahnya.
"Asprov NTT itu 'kan tidak punya klub. Kalau ada turnamen nasional atau turnamen lainnya seharusnya dikoordinasikan dengan askab-askab sehingga kejadiannya tidak seperti saat ini," kata Jhon Leki.
Apa yang dilakukan Asprov PSSI NTT tidak sejalan dengan harapan pecinta sepak bola di provinsi itu, yang menurut Jhon, menginginkan pembinaan usia dini lebih baik, "seharusnya turnamen sekelas nasional itu bisa menjadi kesempatan buat anak-anak yang kita latih untuk bisa mengasah mental dan kemampuan mereka."
Baca juga: PSSI NTT tak ada target di PON Papua
Menanggapi kekecewaan sejumlah pelatih dan pemilik klub putri di NTT tersebut Wakil Sekjen Asprov PSSI NTT Piter Fomeni mengatakan bahwa pihaknya baru mendapatkan informasi dari PSSI pusat soal turnamen tersebut yakni sudah sangat mepet sehingga sulit untuk berkoordinasi dengan askab-askab di NTT.
"Kami dapat info ini sepekan sebelum turnamen ini digulir. Tentunya pak Ketua bersama wakil harus mengambil keputusan yang cepat walaupun nanti ada penolakan," tambah dia.
Baca juga: Tiga Askab PSSI dorong Fary Francis Ketua Asprov PSSI NTT
Bagi Asprov PSSI NTT sendiri turnamen Putri Pertiwi tersebut adalah kesempatan atau peluang yang harus diambil dan menunjukkan bahwa NTT terlibat dalam turnamen tersebut. Karena itu berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya NTT sendiri memiliki wakil dalam turnamen tersebut.
Turnamen tersebut juga ujar Piter sebagai jembatan agar NTT pun bisa ikut dalam Pra PON tim sepak bola putri di Pra PON berikutnya.