NTT hanya inginkan kalangan berduit masuk TNK

id Marius

NTT hanya inginkan kalangan berduit masuk TNK

Kepala Dinas Pariwisata NTT Marius Ardu Jelamu

"TNK itu daerah konservasi maka harus dijaga dengan mengatur arus kunjungan, tidak boleh dikunjungi secara massal, sehingga diharapkan hanya kalangan berduit saja yang masuk ke sana," kata Marius Ardu Jelamu.
Kupang (ANTARA News NTT) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur hanya menginginkan kalangan berduit yang tahu menghargai eksistensi binatang purba raksasa Komodo (varanus komodoensis) saja yang boleh masuk ke Taman Nasional Komodo (TNK) di Manggarai Barat.

"TNK itu daerah konservasi maka harus dijaga dengan mengatur arus kunjungan, tidak boleh dikunjungi secara massal, sehingga diharapkan hanya kalangan berduit saja yang masuk ke sana," kata Kepala Dinas Pariwisata NTT Marius Ardu Jelamu kepada Antara di Kupang, Senin (10/12).

Ia mengatakan TNK berbeda dengan destinasi lainnya di Tanah Air, bahkan di dunia, karena masuk daerah konservas yang harus dijaga kelestariannya.

NTT sekarang sudah diberi kepercayaan untuk kelolah TNK bersama Kementerian LHK, namun tata aturannya masih diatur lebih lanjut oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Kemauan pihak Kementerian LKH untuk mengelolah secara bersama TNK tersebut, setelah Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat menyatakan tetap bersikeras untuk mengelola, dan memberlakukan tarif masuk ke TNK sebesar 500 dolar AS per wisman dan 100 dolar AS per wisnu serta 50.000 dolar AS per kapal pesiar yang masuk ke kawasan TNK.

Menurut Marius, kawasan wisata Komodo adalah kawasan koservasi yang tidak hanya memiliki keindahan alam, tetapi juga mewartakan kehidupan masa lalu, sehingga kunjungan ke kawasan itu harus tetap dijaga agar tidak mengganggu kelestarian habitat Komodo yang ada di dalamnya.

Baca juga: Terlalu murah 500 dolar AS masuk ke TNK

"Lebih baik 100 orang yang berkunjung ke kawasan itu dengan membayar 500 dolar per orang, daripada 1.000 orang yang membayar murah," katanya menganalogi kehebatan yang dimiliki TNK saat ini.

Ia mengatakan, pemerintah tidak pernah bisa menghitung seberapa besar kerusakan terumbu karang di perairan laut kawasan itu akibat dilewati kapal-kapal pesiar milik perusahan, termasuk di TNK. Belum lagi sampah plastik yang dibuang oleh kapal-kapal pesiar.

"Apakah kita pernah menghitung kerugian akibat kerusakan terumbu karang, dan sampah-sampah plastik yang dibuang dari kapal-kapal pesiar itu. Sementara operator kapal meraup keuntungan besar setiap kali membawa wisatawan mengunjungi kawasan wisata di ujung barat Pulau Flores itu," ujarnya.

Karena itu, keinginan pemerintah NTT untuk menaikkan tarif masuk ke TNK adalah bagian dari upaya mempertahankan eksistensi kawasan itu agar binatang purba raksasa komodo tetap eksis di sana, agar tidak membawa mereka pada arus kepunahan.

Baca juga: NTT tak khawatir kunjungan ke TNK menurun